Bisnis.com, JAKARTA – Angka inflasi global pada 2022 telah mencapai tingkat tertinggi, bahkan sejak krisis 2008 yang mengguncang sektor keuangan dunia.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyampaikan bahwa perekonomian global mengalami guncangan sepanjang 2022, yang berakibat pada tertahannya pertumbuhan ekonomi dan lonjakan inflasi.
“Tingkat inflasi 2022 merupakan yang tertinggi sejak 2008 ketika ekonomi dunia mengalami resesi besar,” katanya dalam konferensi pers, Senin (2/1/2023).
Margo menjelaskan tingginya inflasi global disebabkan oleh permintaan yang pulih pascapandemi. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan supply dan demand sehingga memicu kenaikan harga komoditas.
Selain itu, situasi perang Rusia vs Ukraina dan ketegangan geopolitik di sejumlah wilayah mendisrupsi rantai pasok global, menyebabkan kenaikan harga pangan dan energi dan memperparah laju inflasi.
Sejumlah lembaga internasional pun memperkirakan tingkat inflasi global pada 2022 akan mencapai 8,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,7 persen.
Tingkat inflasi di negara maju diperkirakan mencapai 9,9 persen, sementara inflasi negara berkembang diperkirakan mencapai 7,2 persen pada 2022.
Margo mengatakan, inflasi di Amerika Serikat misalnya mencatatkan kenaikan yang tinggi, meski sudah melandai ke tingkat 7,11 persen pada November 2022. Selain itu, tingkat inflasi di Inggris dan Jerman masing-masingnya mencapai 9,30 persen dan 10,05 persen pada periode yang sama.
Beberapa negara lainnya bahkan mencatatkan lonjakan inflasi yang drastis, misalnya Turki yang mencapai 84,39 persen per November 2022.
Di dalam negeri, Margo mengatakan bahwa tingkat inflasi cukup terkendali di tengah gejolak global. Inflasi domestik hingga Desember 2022 mencapai 5,51 persen.
Terkendalinya inflasi di dalam negeri, imbuhnya, didukung oleh kebijakan pengendalian inflasi oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Berbagai kebijakan pengendalian inflasi diantaranya operasi pasar murah, sidak pasar dan distributor agar tidak menahan barang, juga kerja sama dengan daerah penghasil komoditas untuk kelancaran pasokan.
Selain itu, pemerintah juga mendorong gerakan masyarakat menanam, merealisasikan belanja tak terduga, serta memberi dukungan pada sektor transportasi dari APBD.
"Di sisi moneter, Bank Indonesia melakukan pengendalian inflasi melalui kenaikan suku bunga acuan hingga 200 basis poin menjadi 5,5 persen sepanjang 2022," ungkapnya.