Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan empat data penting pada hari ini, Senin (2/1/2023). Salah satunya terkait perkembangan inflasi Desember 2022.
Berdasarkan data BPS, laju inflasi Indonesia pada November 2022 sebesar 0,09 persen (month-to-month/mtm). Capaian tersebut membuat laju inflasi secara tahunan sudah menembus persen 5,42 (year-on-year/yoy).
Lantas, bagaimana prediksi ekonom terkait data inflasi pada Desember 2022?
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi pada Desember 2022 akan mencapai 0,55 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan capaian inflasi pada bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,09 persen mtm.
Menurut Faisal, penguatan inflasi pada akhir tahun disebabkan oleh faktor musiman perayaan Natal dan tahun baru.
“Indeks Harga Konsumen diperkirakan melonjak sebesar 0,55 persen mtm pada Desember 2022 di tengah musim liburan Natal dan Tahun Baru, yang meningkatkan permintaan rekreasi dan perjalanan,” katanya, Senin (2/1/2023).
Di samping itu, kenaikan inflasi menurutnya juga dipicu oleh kenaikan harga pangan. Namun, dia menilai kenaikan harga pangan pada periode ini menurutnya lebih terkendali berkat keberhasilan pemerintah dalam menjaga pasokan pangan.
“Faktor penyumbang inflasi lainnya adalah harga emas di tengah risiko perlambatan ekonomi global pada 2023,” kata Faisal.
Secara tahunan, dia memperkirakan tingkat inflasi pada Desember 2022 akan mencapai 5,40 persen (year-on-year/yoy).
Faisal mengatakan, keberhasilan pengendalian harga pangan melalui pasokan pangan yang terkendali terbukti mampu meredam dampak inflasi dari dampak putaran kedua penyesuaian harga BBM terhadap barang dan jasa lainnya.
“Ini lebih rendah dari perkiraan awal kami sebesar 6,27 persen, tetapi masih dalam perkiraan kami saat ini sebesar 5,4 hingga 5,6 persen,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, inflasi inti diperkirakan terus menguat menjadi 3,39 persen secara tahunan pada akhir 2022, seiring dengan membaiknya mobilitas masyarakat di tengah pelonggaran PPKM.
Sementara itu, Ekonom makro ekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memperkirakan inflasi pada akhir tahun akan mencapai kisaran 5,34 persen hingga 5,45 persen.
“Pendorongnya adalah selama ini harga BBM yang meningkat untuk keseluruhan tahun 2022 dan tekanan pada harga pangan serta pulihnya daya beli masyarakat,” katanya.
Riefky mengatakan, pada akhir tahun, momentum Natal dan tahun baru akan memberikan tekanan pada inflasi, namun menurutnya kenaikan inflasi tidak akan terlalu tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Pada November 2022, inflasi umum tercatat melanjutkan tren perlambatan menjadi sebesar 5,42 persen secara tahunan, dari 5,71 persen pada Oktober 2022.
Secara tahunan, harga bahan makanan bergejolak mengalami penurunan inflasi dari 7,19 persen yoy ke 5,70 persen yoy pada November. Secara bulanan, kelompok makanan bergejolak bahkan mencatatkan deflasi sebesar 0,22 persen mtm.
Riefky mengatakan, penurunan disebabkan oleh tren musiman dan langkah yang cukup efektif dari pemerintah dalam mengelola pasokan pangan di pasar, terutama untuk komoditas cabai, melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
Menurutnya, dampak dari kenaikan harga BBM relatif lebih rendah dari perkiraan awal dan kemungkinan telah mencapai puncaknya.
Hal ini tercermin dari kelompok harga energi menunjukkan deflasi sebesar 0,02 persen mtm pada November dari inflasi di bulan sebelumnya 0,45 persen mtm dan inflasi kelompok transportasi melambat ke 0,01 persen mtm dari 0,35 persen mtm pada periode yang sama.