Bisnis.com, JAKARTA — Tingkat inflasi pada akhir 2022 diperkirakan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya setelah penyesuaian harga BBM pada September 2022 lalu.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi pada akhir 2022 akan mencapai 5,40 persen secara tahunan.
“Ini lebih rendah dari perkiraan awal kami sebesar 6,27 persen, tetapi masih dalam perkiraan kami saat ini sebesar 5,4 hingga 5,6 persen,” katanya, Kamis (29/12/2022).
Faisal mengatakan, keberhasilan pengendalian harga pangan melalui pasokan pangan yang terkendali terbukti mampu meredam dampak inflasi dari dampak putaran kedua penyesuaian harga BBM terhadap barang dan jasa lainnya.
Sejalan dengan itu, Faisal memperkirakan inflasi inti akan terus menguat menjadi 3,39 persen secara tahunan pada akhir 2022, seiring dengan membaiknya mobilitas masyarakat di tengah pelonggaran PPKM.
Secara bulanan, dia memperkirakan inflasi pada Desember 2022 akan mencapai 0,55 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,09 persen mtm.
Menurutnya, penguatan inflasi pada Desember 2022 disebabkan oleh faktor musiman perayaan Natal dan tahun baru.
“Indeks Harga Konsumen diperkirakan melonjak sebesar 0,55 persen mtm pada Desember 2022 di tengah musim liburan Natal dan Tahun Baru, yang meningkatkan permintaan rekreasi dan perjalanan,” jelasnya,
Selain itu, menurut Faisal, kenaikan inflasi juga dipicu oleh kenaikan harga pangan. Namun kenaikan harga pangan pada periode ini menurutnya lebih terkendali berkat keberhasilan pemerintah dalam menjaga pasokan pangan.
“Faktor penyumbang inflasi lainnya adalah harga emas di tengah risiko perlambatan ekonomi global pada 2023,” kata Faisal.