Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan jajarannya akan memasuki ruang rapat bank sentral atau FOMC Meeting mulai Selasa (29/7/2025) untuk membahas suku bunga The Fed di tengah tekanan politik yang besar, kebijakan perdagangan yang dinamis, hingga dinamika ekonomi yang ketat.
Pertemuan para pejabat The Fed bulan ini terbilang langka, karena rapat Federal Open Market Committee (FOMC) berlangsung pada pekan yang sama ketika pemerintah Amerika Serikat (AS) menerbitkan data pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan, dan metrik harga pilihan bank sentral.
Para ekonom dan berbagai lembaga meyakini suku bunga The Fed Juli 2025 tidak akan berubah, walaupun ada tekanan besar agar Powell cs segera menurunkan suku bunga—termasuk dari Presiden AS Donald Trump.
Dilansir dari Bloomberg, perekonomian AS diperkirakan pulih pada kuartal II/2025, terutama karena penyempitan tajam defisit perdagangan setelah Trump mengumumkan rencana pemberlakuan tarif resiprokal. Pemimpin negara seantero dunia berbondong-bondong melakukan negosiasi tarif, para pelaku usaha mempercepat impor sebelum tarif baru berlaku.
Permintaan rumah tangga dan investasi di AS diperkirakan hanya tumbuh moderat, meskipun pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS kuartal II/2025 akan mencapai 2,4% (year on year/YoY), setelah pada kuartal I/2025 menyusut ke 0,5% (YoY).
Pertumbuhan lapangan kerja diperkirakan semakin lambat pada Juli 2025. Lalu, inflasi dasar Juni 2025 kemungkinan naik dari bulan sebelumnya.
Baca Juga
Beberapa pejabat The Fed mulai menyuarakan kekhawatiran tentang apa yang mereka anggap sebagai pasar kerja yang rapuh, termasuk dua orang yang mengatakan mereka melihat manfaat mempertimbangkan penurunan suku bunga sekarang.
Tekanan juga meningkat dari luar ruang rapat. Presiden Donald Trump telah vokal tentang keinginannya agar Powell cs menurunkan biaya pinjaman bagi konsumen dan bisnis.
Trump sering mengecam Powell karena bergerak terlalu lambat, sementara pada saat yang sama menyoroti kepemimpinannya atas pembengkakan biaya konstruksi terkait renovasi kantor pusat The Fed di Gedung Eccles, Washington, AS.
Powell dan para bankir sentral lainnya telah menekankan perlunya kesabaran karena tarif yang diberlakukan pemerintahan Trump berisiko memicu kembali percepatan inflasi. Sejauh ini tahun ini, sejak berbagai bea masuk AS atas impor diberlakukan, tekanan harga masih tergolong moderat.
Arah Suku Bunga The Fed
Ekonom senior Wells Fargo Sarah House menuturkan, walaupun tidak ada perubahan suku bunga, dia menyebut adanya indikasi bahwa pasar sedang berada di titik balik dalam arah kebijakan.
“Tapi mayoritas anggota komite tampaknya belum sampai di tahap itu—mereka masih berhati-hati terhadap potensi tekanan inflasi akibat tarif," jelas House dikutip dari Bloomberg, Senin (28/7/2025).
Pernyataan hasil rapat akan dipublikasikan pada Rabu (30/7/2025) pukul 14.00 waktu Washington, disusul konferensi pers oleh Powell 30 menit kemudian. Pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga kemungkinan besar akan terjadi pada rapat berikutnya, September, dan pelaku pasar akan mencermati setiap pernyataan yang memperkuat ekspektasi tersebut.
Sejumlah analis memprediksi adanya perbedaan pendapat (dissenting voice) dari Gubernur Fed Christopher Waller dan Wakil Ketua Pengawasan Michelle Bowman, dua pejabat yang diangkat oleh Trump dan secara terbuka menyuarakan kekhawatiran bahwa suku bunga saat ini terlalu tinggi di tengah risiko pelemahan pasar kerja.
Waller sebelumnya telah memberi sinyal kemungkinan perbedaan pendapat awal bulan ini, dengan menyatakan The Fed seharusnya segera bertindak untuk mendukung pasar tenaga kerja yang ada di ujung tanduk.
Sementara itu, Bowman pada Juni lalu juga mengatakan dirinya dapat mendukung pemangkasan suku bunga jika tekanan inflasi tetap lemah.
Jika Waller dan Bowman sama-sama melakukan dissent, maka ini akan menjadi kali pertama dua gubernur Fed tidak sejalan sejak 1993. Waller sendiri disebut-sebut sebagai salah satu kandidat pengganti Powell saat masa jabatannya berakhir pada Mei mendatang.
Namun demikian, beberapa pihak menilai perbedaan suara ini lebih bernuansa politis ketimbang teknis. Kepala Ekonom AS di JPMorgan Chase & Co., Michael Feroli, dalam catatannya menyebut dissent atau perbedaan opini ganda lebih merupakan uji panggung untuk posisi Ketua The Fed dibanding cerminan kondisi ekonomi.
Ekonom KPMG Diane Swonk juga menilai dissent menjadi hal lazim menjelang perubahan arah kebijakan.
“Perbedaan pandangan memang wajar muncul saat The Fed mendekati keputusan untuk memangkas suku bunga, apalagi dengan ketidakpastian tinggi soal dampak tarif," jelasnya.
Saat Waller dan Bowman menitikberatkan mandat lapangan kerja, sebagian besar pejabat Fed lainnya masih fokus pada inflasi. Ketidakpastian terkait dampak tarif terhadap harga juga tercermin dari proyeksi yang dirilis Juni lalu, di mana 10 dari 19 pejabat mengusulkan dua kali pemangkasan suku bunga, sementara 7 lainnya tidak mengusulkan pemangkasan sama sekali.
Laporan inflasi terbaru menunjukkan adanya kenaikan harga pada sejumlah barang yang terdampak tarif, seperti mainan dan peralatan rumah tangga. Namun, inflasi inti naik di bawah ekspektasi untuk bulan kelima berturut-turut pada Juni, mengindikasikan tekanan harga belum menyebar luas.
Kepala Strategi Suku Bunga AS di Natixis North America, John Briggs, mengatakan bahwa pasca lonjakan inflasi akibat Covid-19, beberapa pejabat Fed lebih berhati-hati karena dampak tarif mungkin butuh waktu lebih lama untuk muncul.
"Masalahnya, The Fed jadi terus menunda pengambilan keputusan karena data yang belum jelas," katanya
Natixis memproyeksikan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada Oktober dan melanjutkan penurunan bertahap sebesar 25 bps hingga Juni 2026.