Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan kinerja ekspor akibat pelemahan permintaan seiring dengan perlambatan ekonomi global perlu diwaspadai ke depan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN Kita, Selasa (20//12/2022).
Sri Mulyani mengatakan, total nilai ekspor pada November 2022 tercatat mencapai US$24,12 miliar, naik sebesar 5,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Dibandingkan dengan posisi pada Oktober 2022, nilai ekspor pada November 2022 mengalami penurunan sebesar 2,5 persen (month-to-month/mtm).
“Yang harus kita waspadai, antara Oktober ke November 2022 sudah mulai adanya indikasi penurunan pertumbuhan ekspor kita, yaitu sebesar 2,5 persen,” katanya.
Menurut Sri Mulyani penurunan ini pun berpotensi terus berlanjut ke depan, terutama disebabkan oleh melambatnya permintaan terutama dari negara mitra dagang utama Indonesia akibat pelemahan ekonomi di negara-negara tersebut.
“Dengan kondisi dunia yang sedang fokus memerangi inflasi yang kemudian diwujudkan oleh kenaikan suku bunga, akan menyebabkan pelemahan kinerja ekonomi negara-negara destinasi ekspor kita sehingga kita juga harus mewaspadai pengaruhnya ke kinerja ekspor kita ke depan,” jelasnya.
Di sisi lain, total impor Indonesia pada November 2022 mencapai US$18,96 miliar, turun 1,9 persen secara tahunan. Secara bulanan, impor masih mencatatkan peningkatan sebesar 0,9 persen mtm.
Dengan perkembangan ekspor dan impor tersebut, Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan sebesar US$5,16 miliar pada November 2022.
Secara kumulatif, neraca perdagangan pada periode Januari hingga November 2022 mencatatkan surplus sebesar US$50,59 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada periode yang sama tahun 2021 sebesar US$34,41 miliar.