Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksikan rencana ekspansinya pada 2023 lebih baik dibanding pada saat wabah Covid-19 pada 2020-2021. Jika saat pandemi pembukaan toko ritel hanya 2-3 toko per hari, pada 2023 diyakini toko yang akan buka bisa mencapai 4-5 toko per hari secara rata-rata nasional.
Ketua Aprindo Nicholas Mandey mengatakan pihaknya pada 2023 melihat dengan kaca mata optimis meski banyak prediksi ekonomi tahun depan lebih berat. Roy membeberkan, optimism itu lantaran fundamental ekonomi Indonesia lebih baik dibanding ekonomi negara lain dan itu terbukti inflasi dan pertumbuhan ekonomi relatif bisa dikendalikan.
“Inflasi menurun dari 5,94 [September] jadi 5,71 [Oktober] dan 5,42 [November], kemudian pertumbuhan ekonomi kita 5,44 naik jadi 5,72. Jadi 2023 kita melihat ada dua hal, inflasi terjaga dan kemudian menuju endemic kita memang belum recovery tapi bisa 5 toko sehari,” ujar Roy, Kamis (14/12/2022).
Roy mengungkapkan ketika pandemi, sektor ritel salah satu sektor yang terpukul cukup berat. Dari biasanya ekspansinya bisa 6 toko dalam sehari, anjlok jadi 2-3 toko sehari. “Jadi sebelum pandemi bisa 900-1000 toko per tahun. Setelah pandemi itu turun 50 persen. Supermarket dan hypermarket juga turun, sama. Super market dalam 1 perusahaan ritel itu bisa buka 12-15 toko per tahun,” ujar dia.
Meski begitu, proyeksi ekspansi bisa berubah sewaktu-waktu. Namun, dia memperkirakan pada 2023 sektor ritel belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19. Saat ini sendiri, jumlah mini market, supermarket dan hypermarket anggota Aprindo setidaknya mencapai 50.000.
Lebih lanjut, dia pun mengungkapkan rencana sektor ritel untuk mulai berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN). Menurutnya, saat ini masih dalam pembahasan, sehingga belum ada angka pasti dalam investasinya.
Baca Juga
“Nilai investasi ritel market cap pada 2021 itu US$401 juta, jika diambil rata-rata, kemudian ada tambahan 2 persen pada 2022. Itu mungkin akan diarahkan salah satunya ke IKN,” tutur Roy.