Bisnis.com, JAKARTA - Amannya rantai pasok serta masih baiknya daya beli masyarakat diperkirakan mendongkrak penjualan produk makanan dan minuman (mamin) pada periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan kedua faktor tersebut berpotensi membuat penjualan produk mamin melonjak hingga 20 persen pada periode tersebut.
"Kondisi rantai pasok dari industri hulu dipastikan aman. Daya beli masyarakat juga baik dilihat dari berbagai indikator ekonomi. Jadi, diperkirakan penjualan akan terkerek hingga 20 persen," kata Roy, Rabu (14/12/2022).
Roy menjelaskan, beberapa indikator perekonomian tersebut di antaranya indeks keyakinan konsumen (IKK), indeks penjualan riil (IPR), serta purchasing managers index (PMI) manufaktur.
Mengutip data Bank Indonesia, IKK pada November 2022 tercatat sebesar 119,1 atau masih berada di zona optimistis. Sementara itu, IPR pada Oktober 2022 tercatat sebesar 202,7 atau tumbuh 3,7 persen secara tahunan (year on year/yoy).
IPR untuk subsektor mamin sendiri tercatat mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,2 persen yoy.
Baca Juga
Dari sisi PMI manufaktur, pelaku usaha optimistis karena pada November 2022 Indeksnya masih berada di zona ekspansi sebesar 50,3 poin menurut survey S & P Global.
Sementara itu, mengacu kepada survei Kementerian Perindustrian (Kemenperin), indeks keyakinan industri (IKI) pada November 2022 Indonesia terpantau masih ekspansif sebesar 50,89 poin.
Roy mengatakan proyeksi penjualan produk mamin pada periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 sebesar 20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada 2 tahun sebelumnya.
Pada periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 lalu, lonjakan penjualan produk mamin dari bulan-bulan normal hanya mentok di angka 10 persen. "Untuk itu, kami optimistis terhadap geliat sektor mamin kali ini," ujarnya.