Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan bahwa dana yang disiapkan untuk melakukan impor beras sebanyak 200.000 ton, yakni sekitar Rp1,8 triliun.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, perkiraan kebutuhan dana tersebut mengacu pada asumsi harga beras per kilogramnya sebesar Rp9.000. Dengan demikian, dana yang dikeluarkan sekitar Rp1,8 triliun.
“Ada 200.000.000 kilogram dikali Rp9.000. Kalau asumsi Rp9.000/kg, ya,” ujar Arief dikutip, Rabu (7/12/2022).
Arief menyampaikan bahwa akan menyiapkan stok beras impor sebesar 200.000 ton dalam upaya mengamankan stok cadangan beras komersial dari luar negeri yang sewaktu-waktu dapat dibawa ke Indonesia.
Adapun, beras komersial yang dikabarkan akan didatangkan dari empat negara ini merupakan persediaan akhir 2022 sampai menunggu panen raya pada Februari-Maret 2023.
“Kita siapkan pada Februari-Maret 2023 agar Bulog dapat menyerap saat panen raya tiba untuk top up stoknya kembali sampai dengan 1,2 juta ton, hal ini diperlukan dalam rangka menjaga floor price di tingkat petani dan berikutnya dikeluarkan pada saat produksi beras berkurang di akhir tahun," jelasnya.
Baca Juga
Berdasarkan data Kerangka Sampel Area Badan Pusat Statistik (BPS), proyeksi hasil produksi beras nasional Januari-Desember 2022 sebesar 31,9 juta ton. Sementara itu, kebutuhan beras nasional 2022 sekitar 30,2 juta ton sehingga diproyeksikan mengalami surplus beras sekitar 1,7 juta ton.
Sementara itu, per 5 Desember 2022, ketersediaan stok beras Bulog sebesar 503.000 ton, yang terdiri atas 196.000 ton atau 39 persennya merupakan stok komersial dan 306.000 ton atau 61 persen merupakan stok CBP.
Kementerian Perdagangan pun menegaskan telah meneken persetujuan impor (PI) untuk beras sebesar 500.000 ton.
“Yang saya teken 500.000 ton, tapi kalau perlunya 200.000 ton ya silakan karena yang tahu itu Bapanas dan Bulog,” ujar Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat ditemui di kantor Kemendag, Rabu (7/12/2022).