Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa perekonomian global berpotensi tumbuh lebih rendah dari perkiraan pada tahun depan.
Pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan mencapai 2,6 persen pada 2023, berisiko turun hingga menjadi 2 persen.
“Kami perkirakan yang tahun ini 3 persen, tahun depan turun menjadi 2,6 persen. Bahkan, beberapa prediksi sekarang bisa turun lagi menjadi 2 persen,” katanya dalam Rakornas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD) 2022, Selasa (6/2/2022).
Perry mengatakan, perekonomian dunia saat ini masih dipenuhi gejolak, yang disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina. Selain itu, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas berpotensi menambah risiko perlambatan dunia.
Inflasi yang tinggi di negara maju juga dikuti dengan pengetatan kebijakan moneter yang agresif, terutama pada kenaikan suku bunga, sehingga menyebabkan likuiditas global mengetat.
Namun demikian, Perry optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan tumbuh tetap kuat, yaitu pada kisaran 4,5 hingga 5,3 persen.
Baca Juga
“Dengan koordinasi dan sinergi, pertumbuhan ekonomi kita masih cukup baik, 4,5 hingga 5,3 persen [pada 2023]. Tahun 2024 diperkirakan lebih tinggi lagi pada kisaran 4,7-5,5 persen,” jelas Perry.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyampaikan, perlambatan ekonomi dunia saat ini diikuti oleh penurunan PMI Manufaktur di sejumlah negara.
Pemerintah pun mewaspadai perlambatan PMI Manufaktur di dalam negeri, yang mana pada November 2022, PMI manufaktur Indonesia tercatat sebesar 50,3.
Posisi ini turun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 51,8. Penurunan ini kata Airlangga dikontribusi oleh kontraksi yang terjadi pada 11 sektor.
“PMI Manufaktur sudah 50,3 bulan kemarin dan kami monitor ada 11 sektor mengalami kontraksi, juga terjadi penurunan purchase order, terutama pada sektor manufaktur,” katanya.
Airlangga pun meminta kepada kepala daerah untuk terus memantau dan mengantisipasi penurunan kinerja sektor manufaktur ke depannya.
“Menjadi catatan bagi para gubernur dan bupati untuk mengantisipasi penurunan 11 sektor, terutama sektor padat karya,” tutur Airlangga.