Bisnis.com, JAKARTA—Jaminan keamanan dari serangan siber akan menentukan efektivitas adopsi rupiah digital. Betapapun, kehadiran rupiah digital akan dihadapkan pada risiko-risiko keamanan sistem informasi.
Rupiah digital menjadi salah satu dari lima isu pilihan yang kami rangkum dalam Top 5 News BisnisIndonesia.id edisi Selasa (6/12/2022). Berikut ulasan selengkapnya:
1. Menjaga Rupiah Digital Agar Tak Layu Dibobol Serangan Siber
Mitigasi keamanan menjadi salah prioritas Bank Indonesia dalam menerbitkan rupiah digital. Jaminan keamanan dari serangan siber akan menentukan efektivitas adopsi rupiah digital. Betapapun, kehadiran rupiah digital akan dihadapkan pada risiko-risiko keamanan sistem informasi.
Keamanan siber menjadi elemen krusial dalam pengembangan rupiah digital. Untuk itu, standar keamanan aka diterapkan pada rupiah digital.
Standar tersebut terdiri atas manajemen identitas dan akses (autentikasi dan otorisasi), manajemen keberlangsungan bisnis, manajemen security patching, pengelolaan insiden, dan manajemen siklus pengembangan.
Semua itu perlu dikelola sejak awal demi merespons kemungkinan terjadinya serangan siber. Dengan begitu, rupiah digital tidak akan layu sebelum berkembang.
2. Kebijakan Covid China Mulai Melonggar, Harapan Baru Bagi Ekonomi
Perekonomian dunia yang terpantau mendung pada 2023 mulai menemukan titik terang setelah China mulai memberi sinyal melonggarkan kebijakan zero covid.
Setelah 3 tahun dikekang oleh kebijakan ketat terkait dengan pengendalian Covid-19 yang membatasi aktivitas masyarakat China, negara yang dipimpin oleh Xi Jinping ini mulai memperlihatkan adanya minat untuk melakukan peralihan dari respons kontroversial.
Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan, figur yang keras terhadap pengendalian covid, mengatakan China sedang menghadapi fase baru dan tugas baru, seperti dilaporkan South China Morning Post pada Senin (5/12/2022).
Menurutnya, varian omicron sudah tidak terlalu berbahaya dan tidak lagi mengatakan bahwa virus tersebut dapat menyebabkan lebih banyak kematian di China.
Pemerintahan China menunjukkan toleransi yang lebih besar dengan menggunakan retorika "mengoptimalkan" respons pengendalian Covid-19.
3. Prospek Saham BYAN Setelah Stock Split, Cuan Makin Melesat?
Harga saham batu bara milik taipan Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) terus membara usai melalukan stock plit.
BYAN sebelumnya telah resmi menggunakan harga baru di level Rp9.450 setelah melakukan stock split saham pada Jumat (2/12/2022) dengan rasio 1:10. Hingga penutupan perdagangan Senin (5/12/2022) saham BYAN berada di level Rp13.575. Banderol harga itu mencerminkan 19,87 persen dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya.
Tren peningkatan harga tersebut juga tercermin dari rapor transaksi saham BYAN di pasar reguler. Tren pergerakan investor asing mencatatkan aksi beli besih atau net buy dalam jumlah sebesar RP12,71 miliar secara year to date (YtD) di seluruh pasar.
Jika dilihat secara year-to-date ( YtD) haraga saham BYAN juga telah mengalami lonjakan secara signifikan, atau sebesar 402,78 persen. Sementara dari sisi kinerja bisnis, BYAN menargetkan produksi batu bara mencapai di atas 45 juta ton pada tahun depan.
4. PHK 600 Karyawan, Bisnis Hotel Oyo Masih Loyo
Perusahaan rintisan asal India, Oyo Hotels berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 600 karyawan seiring dengan kerugian hingga 3,33 miliar rupee atau setara Rp629,84 miliar pada kuartal III/2022 yang dialami startup tersebut.
Berdasarkan laporan Bloomberg dikutip dari Bisnis.com pada Senin (5/12/2022), Oyo yang memiliki nama badan hukum Oravel Stays Ltd juga mengalami kerugian pada kuartal II/2022 senilai 4,14 miliar.
Kerugian yang berlangsung terus menerus menekan perusahaan untuk mengurangi beban keuangan lewat PHK. Dari 3.700 total karyawan, Oyo berencana memangkas sedikitnya 600 orang pekerja.
Juru bicara Oyo hanya menyebutkan angka pemangkasan karyawan. Namun, tidak memberi kejelasan lebih lanjut terkait pemotongan atau restrukturisasi di masa depan.
SoftBank Group Corp. yang merupakan pemegang saham terbesar di perusahaan pemesanan hotel tersebut tentu akan terkena dampaknya. Padahal, Oyo sempat mengumumkan bakal melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada awal 2023.
5. Nasib Wanaartha Life, OJK Pilih Cabut Izin Ketimbang Pailit
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menolak permintaan pailit PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha (WanaArtha Life) dari para nasabah. Penolakan tersebut seiring dengan keputusan otoritas untuk mencabut izin usaha WanaArtha Life.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono mengatakan, setelah OJK mencatat izin usaha dari PT WAL, maka proses pemailitan tidak dapat dilakukan, meskipun saat ini masuk usulan pemailitan dari pemegang polis lainnya.
“Pencabutan [izin Wanaartha Life] dilakukan karena [perusahaan] tidak bisa memenuhi RBC bisnis yang ditetapkan OJK,” kata Ogi dalam pernyataannya Senin (5/12/2022).
Dia menegaskan, tingginya selisih antara kewajiban dengan aset menjadikan RBC perusahaan tidak menjadi negatif. Sedangkan penyebab RBC Wanaartha Life disebabkan penjualan produk sejenis saving plan.