Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Hati-Hati! Ini 5 Risiko Utama Bisnis Properti di 2023

Survei terbaru Knight Frank Indonesia menunjukkan ada 5 risiko dan tantangan besar bagi bisnis properti di tahun 2023. Apa saja?
Foto udara areal komplek perumahan bersubsidi di kawasan Jalan Kecipir, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (15/7/2022). ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Foto udara areal komplek perumahan bersubsidi di kawasan Jalan Kecipir, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (15/7/2022). ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang di Indonesia diimbau untuk mewaspadai sejumlah sentimen negatif yang membayangi kinerja sektor properti pada 2023.

Senior Researcher Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, menerangkan, berdasarkan Property Outlook Survey 2023, sebanyak 59 persen responden optimistis ekonomi global tak akan mempengaruhi pertumbuhan properti di dalam negeri.

"Mereka menilai situasi ekonomi global tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor properti di dalam negeri. Namun, ada 5 risiko utama yang dicatatkan oleh para responden sebagai hal yang perlu diwaspadai di tahun depan," kata Syarifah dalam paparannya pada Kamis (1/12/2022) lalu.

Pertama, terkait dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan. Menurutnya, setelah 2 tahun pandemi berlangsung, kekhawatiran akan proses pemulihan masih pekat di tengah pasar properti.

Di sisi lain, sentimen kenaikan inflasi pun menjadi kewaspadaan stakeholder di industri ini. Tingkat inflasi pada November 2022 tercatat melandai ke angka 5,42 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka tersebut turun dari inflasi bulan Okotber di level 5,71 persen yoy.

Di samping itu, persiapan tahun politik, pengangguran dan kenaikan suku bunga acuan menjadi 3 tantangan lain yang perlu diwaspadai untuk tahun depan.

"Para responden juga mewaspadai berbagai potensi risiko yang bisa mengganggu perkembangan sektor properti, seperti dampak pandemi yang berkelanjutan, kenaikan inflasi, dan semakin dekatnya pemilu," ujarnya.

Sebagai informasi, responden dalam survei tersebut merupakan seluruh stakeholder properti, seperti developer, investor, konsultan, pengamat properti, perbankan dan pemerintah.

Meski demikian, ada beberapa subsektor properti yang diprediksi prospektif, misalnya landed house atau rumah tapak yang paling banyak dipilih responden. Subsektor lainnya meliputi industri, pergudangan modern, ritel, hotel, dan villa resor.

"Sementara untuk subsektor perkantoran dinilai masih stagnan dan apartemen strata cenderung melemah," ungkapnya.

Survei juga menangkap adanya kecenderungan pasar, 66 persen responden, untuk wait and see pemulihan sektor properti dalam 3-5 tahun ke depan karena masuknya Indonesia pada persiapan menjelang tahun politik di 2024 nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper