Bisnis.com, JAKARTA — Melesatnya ekspor produk antara bahan baku baterai, mixed hydroxide precipitate (MHP), disebabkan belum terciptanya industri lanjutan dalam negeri untuk mengolah produk tersebut.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan, kapasitas terpasang produksi MHP domestik sudah mencapai 386.000 ton setiap tahunnya dari dua pabrik pengolahan bijih nikel kadar rendah di Pulau Obi, Maluku Utara.
“Penyerapan di dalam negeri masih sangat minim, artinya industri pembuatan baterai kendaraan listrik belum ada di Indonesia sehingga semua produk tersebut harus diekspor ke luar negeri,” kata Rizal saat dihubungi, Rabu (30/11/2022).
Selain itu, Rizal menuturkan, harga turunan nikel di pasar dunia juga masih tertahan tinggi hingga akhir tahun ini. Situasi itu belakangan ikut menarik minat pelaku usaha domestik untuk menjual bahan baku baterai kendaraan listrik itu ke pasar ekspor.
“Hilirisasi MHP ini harus dilanjutkan dengan membangun industri terkait segera agar dapat memanfaatkan produksi MHP tersebut untuk menghasilkan katoda hingga baterai kendaraan berbasis listrik,” kata dia.
Menurut dia, pemerintah dapat memberikan penugasan secara khusus kepada badan usaha milik negara (BUMN) untuk menyerap produk turunan dari bijih nikel kadar rendah tersebut. Penugasan itu diharapkan dapat mempercepat upaya hilirisasi bijih nikel untuk sampai pada produk akhir baterai kendaraan listrik.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah melaporkan ekspor produk MHP sudah mencapai US$1,72 miliar atau setara dengan Rp27,05 triliun (asumsi kurs Rp15.731 per US$) hingga akhir tahun ini.
Realisasi ekspor itu naik 454,8 persen dibandingkan pencatatan sepanjang 2021 yang berada di angka US$0,31 miliar atau setara dengan Rp4,87 triliun.
Pertumbuhan ekspor produk antara bahan baku baterai listrik itu sudah jauh melewati catatan ekspor produk turunan nikel kadar tinggi, besi, dan baja yang hanya mengalami kenaikan 10,54 persen pada periode yang sama.
Seperti diketahui, realisasi ekspor besi dan baja pada tahun lalu berada di angka US$20,95 miliar atau setara dengan Rp329,56 triliun. Di sisi lain, torehan ekspor sepanjang 2022, naik tipis di kisaran US$23,16 miliar atau setara dengan Rp364,32 triliun.
“Tapi kalau kita lihat ekspor besi baja dan bahan baku baterai Indonesia ke dunia kita akan bisa hampir US$30 miliar, ini yang sebenarnya yang buat ekonomi kita,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan saat peresmian pembukaan rapat koordinasi nasional investasi 2022 seperti disiarkan dari YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (30/11/2022).
Menurut Luhut, keberhasilan ekspor itu tidak lepas dari komitmen pemerintah untuk melakukan hilirisasi pada 2015 lalu. Kendati demikian, Luhut mengatakan, pemerintah tengah mencari mitra strategis untuk mengembangkan lebih lanjut olahan produk antara bahan baku baterai di dalam negeri.