Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Sepi Penumpang, 20 Bandara AP II Sudah Beroperasi Penuh

Selama pandemi Covid-19, terdapat sejumlah bandara kelolaan AP II tidak diterbangi oleh maskapai karena jumlah penumpang yang mengalami tren penurunan.
Petugas melakukan rutinitas pemeriksaan di selasar Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Rachman
Petugas melakukan rutinitas pemeriksaan di selasar Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II menegaskan sebanyak 20 bandara kelolaannya sudah mulai beroperasi menyeluruh pada tahun ini setelah angka pandemi di Tanah Air dapat ditekan.

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin tak menampik selama pandemi Covid-19, terdapat sejumlah bandara kelolaan yang tidak diterbangi oleh maskapai karena jumlah penumpang yang mengalami tren penurunan. Sejumlah bandara kelolaan AP II tersebut adalah Bandara Kertajati dan Bandara JB Soedirman di Purbalingga.

"Sebanyak 20 bandara itu sampai hari ini, kami deklarasikan sudah operasi. Sekarang bandara Purbalingga sudah buka, ada Citilink. Kertajati juga sudah mulai umrah, ada Garuda dan Lion Air pada November ini. Kami syukuri karena kemarin sempat tidak operasi," ujarnya dalam diskusi bersama media, Jumat (25/11/2022).

Menurutnya, operasi dan pembukaan rute tersebut dapat terjadi karena kerja sama antara pemerintah daerah bersama dengan operator. Awaluddin berharap penerbangan di Bandara Kertajati ke depannya tidak hanya melayani penerbangan umrah dan haji.

Tak mudah memang, lanjutnya, untuk membuka penerbangan niaga berjadwal di Bandara Kertajati. Sejumlah tantangannya terutama berkaitan dengan belum selesainya pembangunan jalan Tol Cisumdawu dan maskapai penerbangan yang tengah berupaya menambah kapasitas penerbangannya.

"Demand mulai pulih di satu sisi terus kemudian alat produksinya belum maksimal. Ini tantangan kalau ditanya langsung tentang Bandara Kertajati," jelasnya.

Dia juga dapat memahami bahwa selama pandemi pendapatan operasi maskapai dan bandara banyak berkurang, sedangkan biaya pemeliharaan pesawat dan avtur terus digelontorkan. Alhasil, pascapandemi maskapai akan lebih dulu memulai rencana bisnisnya dengan membuka rute-rute padat penumpang seperti Jakarta - Bali, Jakarta - Surabaya, Jakarta - Medan, dan sejumlah rute 'gemuk' lainnya. Barulah secara perlahan menerbangi rute -rute lainnya.

Adapun, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menepis anggapan bahwa maskapai penerbangan tidak mau masuk ke sejumlah bandara kecil.

"Sebenarnya bukan ogah. Jadi, kita harus saling memahami hal-hal yang dirasakan oleh konsumen dan juga operator," ujar Budi Karya di sela-sela Rapat dengan Komisi V DPR, Kamis (24/11/2022).

Menurutnya, saat ini maskapai belum betul-betul pulih dari kondisi pandemi Covid-19. Biaya avtur yang memiliki porsi hingga 60 persen turut mendorong tingginya biaya leasing.

Akibatnya, biaya operasional yang masih melonjak tinggi itu mendorong tarif penerbangan masih mahal. Budi Karya menegaskan bahwa hal yang sama juga terjadi di negara lain.

"Kita kalau terbang ke Singapura tarifnya naik dua kali lipat. Saya beberapa waktu lalu ke Dubai, malah empat kali lipat," terangnya.

Untuk itu, Budi Karya menyampaikan bahwa kerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjamin jumlah penumpang atau block seat di atas 60 persen.

"Jadi block seat harus di atas 60 persen, kalau 60 persen mereka [maskapai] bisa break even point. Biasanya subsidi itu cukup berlangsung tiga sampai enam bulan, setelah itu penumpang tidak ada yang datang. Ini seperti telur dan ayam, kalau mereka rugi tiga bulan tidak kuat," tuturnya.

Menurut Mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II itu, program block seat sudah berjalan efektif di sejumlah daerah. Misalnya, di Bandara Toraja dan Bandara Silampari.

"Minimal ada empat titik yang sudah kami lakukan secara intensif untuk sosialisasi selain Toraja dan Silampari, terus Banjarnegara dan sekitarnya, dan Ngloram sekitarnya," tuturnya.

Sejumlah anggota DPR RI juga menyoroti bandara-bandara yang sudah dibangun pemerintah tetapi sepi maskapai.

Ketua Komisi V DPR Lasarus menilai pemerintah sudah banyak membangun bandara, tetapi sedikit dari maskapai yang melirik. Dia menyebut, terdapat beberapa bandara di mana hanya satu maskapai yang beroperasi.

Tidak adanya kompetitor di beberapa bandara tersebut, lanjut Lasarus, mendorong harga tiket semakin mahal.

"Persoalannya sekarang ini Kementerian Perhubungan menyiapkan infrastruktur, cukup. Bandara kita cukup. Yang jadi masalah, tidak ada pesawat yang terbang. Apa kendalanya ini? Kenapa tidak ada yang mau investasi di infrastruktur yang sudah siap?" terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper