Bisnis.com, JAKARTA - Subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero), Pelindo Solusi Logistik (PSL) tak hanya fokus membangun akses logistik lewat Jalan Tol Cibitung-Cilincing tetapi juga melakukan bisnis pergudangan dan pengembangan hinterland.
Direktur Utama PT Pelindo Solusi Logistik Joko Noerhudha menjelaskan pasca merger dan serah terima operasi pada awal Januari 2022, memiliki ratusan depo dan gudang yang dulu dikelola PT Pelindo I-IV, dan anak-anak usahanya.
Di bisnis logistik, PSL ditargetkan mampu menawarkan efisiensi dan visibilitas kepada pengguna jasa melalu proses standarisasi dan digitalisasi layanan. Dia menjelaskan saat ini para pemilik barang bisa memanfaatkan keunggulan lokasi dan layanan gudang-gudang Pelindo untuk kegiatan konsolidasi barang ekspor import maupun sebagai buffer inventory. Pengguna jasa tak perlu lagi membangun gudang sendiri.
"Jadi para pengguna jasa bisa mendapatkan layanan yang lebih efisien, visibilitas proses, tracking, ditambah dengan lokasi gudang yang berada di wilayah atau dekat dengan pelabuhan," ujarnya, Selasa (22/11/2022).
Saat ini, Pelindo Solusi Logistik juga masuk ke bisnis trucking. Dengan begitu, PSL bisa memberikan layanan logistik yang sepenuhnya terintegrasi. Namun, tekan Joko, Pelindo Solusi Logistik tidak akan masuk ke bisnis antaran ke konsumen (point to point) atau biasa disebut Business to Consumer (B2C), tapi Business to Business (B2B), antar-jemput barang dari gudang ke pelabuhan atau sebaliknya.
"Kita sekarang mulai terbiasa bicara tentang efisiensi. Bagaimana pun PSL tetap harus punya margin, meskipun kecil," jelasnya.
Baca Juga
PSL tidak bisa lagi berbicara tentang besaran penjualan tapi juga bagaimana agar tetap mendapat margin keuntungan dengan harga yang kompetitif dan memuaskan pelanggan.
Sebetulnya, kata Joko, di tengah persaingan yang sangat ketat di bisnis logistik, PSL, bisa memberikan layanan dalam volume yang besar dengan margin kompetitif, sepanjang prosesnya benar-benar efisien.
“Sudah ada perkembangan. Market share kita naik terus,” katanya.
Untuk terus bisa bersaing, menurut Joko, kata kuncinya adalah pembangunan kapasitas. Joko menceritakan, logistik sesungguhnya merupakan lengan bisnis Pelindo yang relatif masih muda dan harus terjun ke bisnis yang sifatnya sudah red ocean. Sebagai salah satu Subholding Pelindo, pihaknya harus mengasah kemampuan karena persaingan dan teknologi terus berubah dengan cepat, terutama di tengah era digitalisasi.
Selain itu, Pelindo Solusi Logistik juga harus menjadikan PSL relevan bagi pengguna. Menurutnya, banyak perusahaan yang tutup bukan karena ketidakmampuan berinovasi, tapi karena keberadaan mereka sudah tidak relevan lagi dengan pasar.
Oleh karena itu, PSL juga akan fokus pada pengembangan hinterland yang langsung berada di belakang pelabuhan. Salah satunya di Kijing, Mempawah, Kalimantan Barat. Kawasan industri di sana menempel dengan pelabuhan, sehingga transportasinya benar-benar efisien, baik untuk bahan baku maupun produk akhir. Untuk di Benoa, Bali ada Bali Maritime Tourisme Hub (BMTH).
Di sana PSL fokus pada pengembangan Pusat Logistik Berikat (PLB) bagi produk bernilai tinggi yang diangkut melalui moda transportasi udara, sebagai alternatif mengantisipasi kawasan logistik Bandara I Gusti Ngurah Rai yang padat.
Saat ini, PSL mengoperasikan jaringan logistik dan hinterland development di lebih dari 40 wilayah kerja yang tersebar di seluruh Indonesia dan mengelola 6 Anak Perusahaan, yaitu PT Multi Terminal Indonesia, PT Akses Pelabuhan Indonesia, PT Prima Indonesia Logistik, PT Nusantara Terminal Services, PT Menara Maritim Indonesia dan PT Prima Pengembangan Kawasan yang terus memberikan layanan secara end-to-end dengan memperluas konektivitas dan menciptakan kemitraan strategis.
Seperti diketahui, subholding Pelindo Solusi Logistik terbentuk sejak merger Pelindo (Persero) pada 1 Oktober 2021. Bisnis utama Subholding ini adalah logistik dan pengembangan hinterland atau industri yang ada di sekitar pelabuhan.
Selain akses jalan tol, Pelindo Solusi Logistik juga melakukan kegiatan transportasi multimoda untuk menyiapkan beberapa akses sehingga dapat memperlancar arus barang menuju dan keluar dari pelabuhan. Salah satunya adalah jalur kereta api dari Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di Simalungun, Sumatera Utara, ke Terminal Multi Purpose Kuala Tanjung di Selat Malaka yang berjarak sekitar 50 km. Pelindo tengah mengembangkan Kuala Tanjung sebagai hub untuk logistik dan rantai pasok.