Bisnis.com, JAKARTA- Masalah kandungan etilen glikol dalam obat sirop yang masih terus bergulir juga memicu kekhawatiran masyarakat terhadap produk lain yang menggunakan etilen glikol sebagai salah satu zat kandungannya.
Salah satu produk konsumsi yang dikhawatirkan adalah air minum dalam kemasan. Namun, apakah kandungan yang terdapat dalam botol plastik air minum kemasan berbahaya?
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiyono, etilen glikol yang digunakan untuk kemasan plastik air minum sudah diubah menjadi polimer polipolietilena tereftalat (PET).
Menurut Fajar, polimer PET di botol plastik minuman dalam kemasan itu sudah tidak berbahaya. Sebab, etilen glikol yang merupakan zat berbahayanya sudah diubah wujud menjadi polimer PET yang tidak berbahaya bagi kesehatan.
"Etilen glikol kan jenisnya monomer. Setelah direaksikan menjadi polimer PET, itu sudah tidak berbahaya lagi. Sudah aman karena etilen glikolnya sudah berubah wujud," kata Fajar kepada Bisnis, Jumat (18/11/2022).
Namun, zat berbahaya yang perlu diperhatikan dalam plastik PET air minum kemasan adalah kandungan logam berat pada botol daur ulang. Sebab, kata Fajar, botol plastik air minum kemasan sering digunakan untuk mewadahi bahan bakar seperti pertalite.
Baca Juga
Dengan demikian, lanjutnya, batas aman kandungan logam berat untuk botol plastik air minum yang didaur ulang (recycling) ditentukan hanya boleh di bawah 10 part per billion (PTB).
Namun, sambung Fajar, penggunaan kembali botol plastik daur ulang sebagai kemasan air minum belum lazim dilakukan di Indonesia. Mayoritas hasil daur ulang botol plastik dialihgunakan untuk bahan tekstil.
"Kebetulan, di Indonesia daur ulang PET plastik dari botol air minum kembali ke botol air minum belum lazim dilakukan. Baru Aqua yang melakukan itu. Kebanyakan dari botol ke tekstil," tukasnya.