Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan memulai konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas sebesar 55 megawatt (MW)
Pada acara B20 Indonesia Net Zero Summit 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Jumat (11/11/2022), PGE menandatangani perjanjian engineering, procurement, construction, and commissioning (EPCC) untuk konstruksi sistem pengumpulan dan reinjeksi fluida dan PLTP Lumut Balai Unit 2 di Sumatra Selatan dengan konsorsium Mitsubishi Corporation, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., dan SEPCO III Electric Power Construction Co. Ltd.
Proyek ini didanai oleh pinjaman ODA Jepang, dalam skema government to government loan (G-to-G loan) antara Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Pemerintah Indonesia. Lokasi proyek terletak di Kabupaten Muara Enim dan Ogan Komering Ulu di Provinsi Sumatra Selatan.
Lingkup kontrak akan menjadi turnkey basis di mana konsorsium Mitsubishi Corporation, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., dan SEPCO III Electric Power Construction Co. Ltd akan melaksanakan desain, manufaktur, konstruksi pekerjaan sipil, commissioning, pengujian kinerja, dan garansi untuk fasilitas yang terdiri atas PLTP unit dan sistem pengumpulan dan reinjeksi fluida dengan kapasitas bersih pada terminal tegangan tinggi 55 megawatt (MW).
Fasilitas tersebut dirancang untuk dapat beroperasi lebih dari 30 tahun yang akan dioperasikan dan dipelihara oleh PGE. Listrik yang dihasilkan dari energi bersih, terbarukan, dan ramah lingkungan tersebut akan disalurkan kepada PT PLN (Persero) dan berpotensi menambah masyarakat yang terlistriki sekitar 55.000 rumah tangga di Sumatra Selatan.
"Sesuai dengan tema Indonesia Net Zero Summit 2022, Industrial Decarbonization at All Cost, upaya ini merupakan langkah nyata Pertamina dalam mendukung pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia dan mengurangi dampak pemanasan global dengan mengurangi emisi karbon terhadap lingkungan," ujar Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto melalui siaran pers, Sabtu (12/11/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan, pengurangan gas rumah kaca dari Proyek PLTP Lumut Balai Unit 1 & 2 masuk dalam Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism – CDM) sebagai implementasi Protokol Kyoto dan telah terdaftar di UNFCCC dengan potensi penurunan emisi gas rumah kaca sekitar 581.518 ton setara CO2 per tahun.
Kapasitas 55 MW yang dihasilkan dari Unit 2 akan menambah total kapasitas terpasang PGE, setelah sebelumnya kapasitas 55 MW dihasilkan dari proyek PLTP Lumut Balai Unit 1 yang mulai beroperasi pada 2019. Hal ini semakin memperkuat posisi PGE sebagai salah satu pemain terbesar dalam pengembangan panas bumi Indonesia dengan kapasitas terpasang menjadi 727 MW.
Ahmad menjelaskan, dalam menjalankan bisnisnya PGE terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi environment, social, and governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE.
"Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi," katanya.
PGE saat ini mengelola 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar lebih dari 1,8 gigawatt (GW). Sebanyak 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario kontrak operasi bersama.
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.