Bisnis.com, BADUNG- Polemik krisis energi, pangan, perang dan konflik, Covid-19, hingga ekonomi yang sulit diprediksi dapat diatasi lewat pengelolaan air, sebagai elemen penting dan prioritas dalam kehidupan umat manusia.
Chairman HELP Han Seung Soo mengatakan 80 persen dampak dari perubahan iklim dapat diatasi melalui pengelolaan air dan pengentasan bencana air yang masih terus berulang.
"Air dapat mengurangi dan mencegah bencana ekonomi global dan nasional, sekaligus membantu memulihkan dunia pasca Covid-19 yang lebih kuat," kata Han Seung Soo dalam gelaran 'G20 Special Event, HELP Water & Disasters' di Conrad Hotel, Bali, Jumat (11/11/2022).
Bahkan, pengelolaan air dapat mengembalikan ekonomi global dan nasional ke jalurnya, sekaligus menstabilkan politik regional.
"Transformasi pengelolaan air akan memberikan momentum yang signifikan dalam memulai kelompok ekonomi baru. Pada saat yang sama, risiko terkait air dapat menyebabkan kerugian PDB sekitar US$5,6 triliun bagi ekonomi global pada tahun 2050," jelasnya.
Dalam hal ini, Han Seung Soo bersama para ahli, pemangku kepentingan di berbagai negara berdiskusi dan mengajukan sejumlah pesan untuk disampaikan dalam Presidensi KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022.
Menurutnya, pemimpin G20 dapat mengatasi segala tantangan secara kolektif dan individual melalui air. Dia meyakini penguatan kerja sama global, regional, dan sub-regional oleh kepemimpinan G20 adalah kuncinya.
Pertama, terkait krisis energi dan pangan. Hal tersebut dapat diatasi dengan memperkuat sistem politik transnasional dan dukungan logistik untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia, termasuk air secara berkelanjutan.
Lalu, mengurangi konsumsi yang tidak efektif, dan mendapatkan bagian energi dan pangan yang lebih adil dalam jangka pendek.
"Ubah krisis energi dan pangan saat ini menjadi peluang untuk mengubah, secara nasional dan global, bauran energi dan pola produksi dan konsumsi pangan. Gunakan konsep hubungan air-energi-makanan untuk mencapainya," lanjutnya.
Kedua, terkait perdamaian yang dapat dimulai dari pembagian air yang adil dalam mencegah konflik. Kerjasama air, secara nasional, mengurangi ketegangan dan ketidakstabilan dalam masyarakat dan menyebarkan niat baik dan harapan di antara orang-orang.
Bencana terkait air yang berulang secara historis telah mendorong banyak cara praktis untuk membangun organisasi lintas batas dan menawarkan tempat untuk diplomasi jalur dua.
Ketiga, pandemi dan bencana di mana pemerintah perlu meningkatkan kesadaran, kesiapsiagaan terpadu, dan pembagian informasi yang tepat waktu untuk mendeteksi dan mencegah pandemi, bencana, dan segala macam gangguan di masa depan.
Keempat, peningkatan ekonomi dan pasar yang dapat diinvestasikan dalam infrastruktur hijau untuk menciptakan fondasi untuk pertumbuhan masa depan dan generasi berikutnya.
Hal ini juga dapat mendorong untuk menghasilkan miliaran dengan menginvestasikan jutaan melalui peningkatan kapasitas infrastruktur yang ada secara drastis melalui transformasi digital.
Kelima, terkait perubahan iklim yang mendorong pemerintah untuk fokus pada langkah-langkah efektif yang berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Infrastruktur hijau yang didukung oleh teknologi canggih dalam bidang terkait air dapat memenuhi tujuan ini.
"Jadi ada lima hal yang berkaitan dengan air yang kami usulkan untuk dipertimbangkan bersama-sama di KTT G20 Bali terkait solusi dan pemecahan masalah," pungkasnya.