Bisnis.com, JAKAKRTA – Konferensi Tingkat Tinggi (PBB) mengenai iklim atau COP27 dimulai pada Minggu (6/11/2022) di Mesir, dengan pembahasan utama mengenai langkah negara-negara kaya memberikan komensasi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh pemanasan global.
Dilansir dari Bloomberg, KTT COP27 yang berlangsung selama dua pekan di resor Sharm el-Sheikh Mesir akan membahas dana kompensasi yang disebut "loss and damage " untuk pertama kalinya.
Negara-negara berkembang telah menuntut diskusi mengenai kompensasi kerusakan iklim sejak KTT COP pertama dimulai pada awal 1990-an.
Tetapi negara-negara industri kaya berulang kali menghalangi upaya untuk memasukkan pembahasan agenda tersebut. Hal ini karena sebagian besar khawatir bahwa dana akan membuat negara-negara miskin akan menuntut kompensasi hingga miliaran dolar.
Bencana iklim baru-baru ini, seperti banjir di Pakistan, telah membuat masalah ini kembali menjadi fokus.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan terobosan itu dicapai setelah 48 jam pembicaraan intens yang diakhiri dengan kompromi. Diskusi COP27 akan fokus pada “kerja sama dan fasilitasi” bukan kewajiban atau kompensasi.
Baca Juga
“Dimasukkannya agenda ini mencerminkan rasa solidaritas dan empati terhadap penderitaan para korban,” kata Shoukry setelah menjabat sebagai presiden COP27, dikutip Senin (7/11/2022).
Dia melanjutkan bahwa delegasi akan berdikusi untuk mencapai keputusan konklusif mengenai dana kompensasi loss and damage selambat-lambatnya tahun 2024.
Sejumlah bencana iklim seperti kekeringan, banjir bandang, serta gelombang panas semakin meningkatkan urgensi terhadap pembicaraan iklim tahun ini.
Laporan Badan Meteorologi Dunia PBB mengatakan suhu global kemungkinan akan naik 1,15 derajat celsius di atas rata-rata suhu pra-industri. Suhu pemanasan global juga diperkirakan melampaui target 1,5 persen pada akhir abad ini.
Dengan pertemuan yang diselenggarakan oleh negara Afrika yang pemanasannya lebih cepat daripada bagian dunia lainnya, perbaikan iklim diharapkan menjadi fokus utama.
Negara-negara berkembang dan negara-negara pulau kecil menyumbang sejumlah kecil emisi gas rumah kaca namun mengalami dampak yang jauh lebih besar. Mereka telah meningkatkan tuntutan dalam beberapa pekan terakhir agar masalah ini dibahas.