Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebal Resesi, Ekonom: Permintaan CPO di 2023 Masih Tinggi

Permintaan minyak sawit global (CPO) pada tahun depan tetap tinggi meskipun dibalut ketidakpastian perekonomian global.
Pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit yang akan diproses menjadi CPO di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022)/ Antara-Makna Zaezar
Pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit yang akan diproses menjadi CPO di Jalan Mahir Mahar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (26/4/2022)/ Antara-Makna Zaezar

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom melihat prospek crude palm oil (CPO) di pasar ekspor masih prospektif pada tahun depan, meksipun dibayangi resesi global, karena permintaan akan produk turunan CPO diproyeksikan tetap tinggi.

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus menyampaikan CPO dan produk turunannya yang sangat beragam, salah satunya sabun, menjadi produk yang sangat dibutuhkan masyarakat.

“Terlepas dari kondisi apapun, ini bisa menjadi kebutuhan utama yang dibutuhkan masyarakat di mana pun, sehingga permintaan masih akan berjalan,” ungkapnya, Jumat (4/11/2022).

Menurut Heri, dari sisi volume dipastikan dapat stabil atau meningkat, tetapi dari sisi harga belum dapat diprediksi karena dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti logistik, kenaikan suku bunga, serta inflasi.

Harga substitusi minyak sawit pun akan mempengaruhi terhadap produk sawit. Mengingat negara seperti Rusia, Eropa, dan Amerika menjadi produsen minyak nabati selain sawit.

“Dari sisi volume saya rasa tetap masih bagus, tapi dari sisi nilai masih sulit diprediksi, karena kami belum tahu kapan Rusia menginvasi lagi,” lanjutnya.

Lebih lanjut Heri menyampaikan bahwa resesi yang akan mengguncang sisi permintaan oleh masyarakat dunia tidak akan signifikan untuk produk sawit dan turunannya.

Komoditas sawit digadang-gadang menjadi andalan Indonesia dalam mempertahankan ekonomi nasional di tengah berbagai ancaman global salah satunya perang Rusia-Ukraina dan resesi.

“Kalau masalah resesi itu di sisi suplai demand masyarakat dunia bisa melemah tetapi bukan untuk produk turunan sawit,” tutup Heri.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat sisi kinerja industri kelapa sawit hingga September 2022, produksi telah mencapai 37 juta ton dengan ekspor sebanyak 22 juta ton.

Sementara itu, estimasi produksi hingga akhir tahun ini kurang lebih mencapai 51,8 juta ton, yang terdiri atas 47 juta ton CPO dan 4,8 juta ton crude palm kernel oil (CPKO), sedangkan untuk ekspor diharapkan dapat mencapai 30 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper