Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah merampungkan Peraturan Presiden atau Perpres terkait dengan percepatan perizinan pengusahaan industri hulu migas di tengah realisasi investasi dan produksi domestik yang makin seret beberapa tahun terakhir ini.
Perpres itu menjadi usulan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai tindaklanjut dari masukan sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang terhimpun dalam Indonesian Petroleum Association (IPA).
“Percepatan perizinan ini penting karena di dalam pengembangan wilayah kerja itu butuh waktu. Kalau dulu itu dari eksplorasi sampai bisa produksi itu bisa 7 hingga 10 tahun, Masela hampir 30 tahun tidak bisa berproduksi setelah discovery,” kata Fatar saat membuka Northern Sumatra Forum atau 2nd NSF yang disiarkan secara virtual, Kamis (27/10/2022).
Lewat Perpres itu, Fatar berharap, kegiatan produksi dari KKKS dapat dilakukan lebih cepat setelah adanya penemuan cadangan migas terbukti di suatu wilayah kerja. Menurut dia, Perpres itu bakal ikut mengerek minat investasi di sektor hulu migas di tengah peralihan energi saat ini.
“Harapan kita kalau bisa itu 3 tahun begitu eksplorasi ketemu sudah berproduksi, ini akan bisa mengejar target produksi 2030 sebesar 1 juta barel minyak dan dua kali produksi gas dari pada hari ini,” kata dia.
Belakangan SKK Migas tengah berkomunikasi dengan pemangku kepentingan terkait termasuk pemerintah daerah untuk dapat segera merampungkan Perpres tersebut.
Baca Juga
“Ini kan, perlu konsultasi dengan daerah juga kalau di daerah tidak mendukung Perpres ini tidak ada gunanya juga, tidak akan selesai,” kata dia.
Sebelumnya, SKK Migas melaporkan produksi siap jual atau lifting migas per 30 September 2022 masih di bawah target APBN 2022. Realisasi lifting migas hingga akhir September 2022 berada di angka 1.562 juta barel setara minyak per hari (boepd) atau 89,8 persen dari target APBN tahun ini.
Perinciannya, lifting minyak berada di kisaran 610.100 barel minyak per hari (bopd) dan salur gas menyentuh di angka 5.353 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Sementara itu, produksi minyak stabil di angka 613.000 bopd.
“Produksi minyak sampai September 2022, 613.000 bopd dengan lifting 610.100 bopd tentu saja kita akan lifting di waktu-waktu berikutnya yang akan datang, sementara salur gas sudah 92,3 persen sebanyak 5.353 MMscfd,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.
Di sisi lain, SKK Migas melaporkan capaian cost recovery kegiatan hulu Migas pada triwulan ketiga tahun ini berada di angka US$4,93 miliar atau baru 57 persen dari target yang ditetapkan di angka US$8,65 miliar.
Sementara, setoran untuk bagian negara baru mencapai US$13,95 miliar atau 83 persen dari target APBN Perubahan 2022 yang dikerek menjadi US$16,7 miliar.
Hanya saja, torehan investasi pada sektor hulu migas masih relatif seret kendati harga minyak mentah dunia tertahan tinggi hingga triwulan ketiga tahun ini. Adapun, torehan investasi baru menyentuh di angka US$7,7 miliar atau 60 persen dari target yang ditetapkan US$13,2 miliar.
“Yang diinvestasikan pemain global dari keuntungan cash yang diperoleh ke hulu migas hanya 27 persen, lain-lainnya mereka pakai untuk mengurangi untuk, konsolidasi bisnis, dan investasi lain seperti energi baru dan terbarukan sebagian dipakai bayar dividen,” kata Dwi.