Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) melaporkan realisasi investasi sektor perikanan dalam 10 tahun terakhir berada di posisi terendah.
Plt. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Mochammad Firman Hidayat, menyampaikan realisasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri di sektor perikanan sangat rendah.
“Kontribusi sektor perikanan terhadap realisasi PMA sejak 10 tahun terakhir hanya 0,5 persen dari total PMA nasional. Kontribusinya pada 2020 US$48,2 juta atau Rp700 miliar. Pada 2021 turun 65 persen (yoy) menjadi US$17,1 juta atau Rp249,8 miliar. Realisasi triwulan III/2022 hanya US$6,7 juta,” kata Firman dalam National Shrimp Action Forum di Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Adapun, pemerintah bersama Kemenko Marves dan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) menargetkan dalam RPJMN 2020-2024 capaian produksi perikanan khususnya udang yang menjadi komoditas utama ekspor dapat tumbuh mencapai 250 persen.
Firman mengungkapkan kondisi tersebut menjadi tugas berat bagi pemerintah dalam mewujudkan target tersebut bila dari sisi finansial sangat rendah.
“Bagaimana mau mencapai target kita kalau realisasi turunnya sangat dalam dari sisi PMA. Kami butuh ekstra effort untuk menarik investasi lebih banyak ke Indonesia,” ujarnya.
Bila membandingkan dengan PMDN, tren investasi terus berfluktuasi, tapi cenderung mengalami kenaikan dalam 3 tahun terakhir.
Realisasi PMDN pada 2020 di angka Rp564,9 miliar, sedangkan pada 2021 naik 79 persen menjadi Rp1 triliun. Pada triwulan III/2022 realisasi hanya sebesar Rp522,6 miliar.
“Meskipun merupakan kontributor terkecil dalam realisasi investasi 10 tahun terakhir, tren investasi sektor perikanan masih menunjukkan pertumbuhan positif walaupun tren sangat fluktuatif. Tanpa investasi saya kira kita akan mengalami kesulitan,” ujarnya.
Firman menyampaikan rendahnya investasi tersebut diakibatkan oleh iklim investasi yang saat ini masih belum sesuai bagi investor sektor perikanan. Pihak pemberi kredit usaha rakyat (KUR) perbankan pun masih menilai perikanan sebagai sektor yang sangat berisiko.
“Untuk menarik investor perikanan lebih banyak, kami sudah menyederhanakan proses [perizinan] investasi yang tadinya ada beberapa proses menjadi dua proses saja,” jelasnya.
Adapun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan arahan untuk meningkatkan ekspor udang yang dapat tumbuh 250 persen pada 2024 dibanding 2019. Untuk mewujudkan hal tersebut pun pemerintah tengah melakukan revitalisasi tambak udang rakyat di sentra produksi Lampung, Pantura Jawa, NTB, dan Sulawesi Selatan.
Diketahui produksi udang pada 2019 berada di posisi 861.300 ton dengan nilai ekspor US$1,7 miliar. Sementara di 2024 mendatang ditargetkan produksi dapat mencapai 2 juta ton dengan nilai ekspor US$4,3 miliar.
Pada kesempatan yang sama, Menko Marves Luhut B. Pandjaitan mengajak seluruh investor untuk mendukung investasi khususnya komoditas udang yang menjadi penyumbang devisa terbesar di sektor perikanan.
“Salah satu produk utama akuakultur adalah komoditas udang. Komoditas Udang menjadi bagian terbesar dari komposisi ekspor perikanan nasional dengan nilai US$2,2 miliar pada 2021. Udang merupakan komoditas strategis perikanan yang perlu kita dukung bersama pengembangannya, dunia usahanya, dan investasinya,” ujar Luhut.