Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan manufaktur kereta api asal Polandia yakni Pojazdy Szynowe Pesa Bydgoszcz (PESA), mengungkap potensi besar kerja sama dengan Indonesia, dalam mengembangkan proyek perkeretaapian. PESA menyebut kini tengah menunggu langkah berikutnya dari pihak Indonesia.
Sebelumnya, PESA dan sejumlah perusahaan asal Polandia yang bergerak di bidang teknologi maupun infrastruktur perkeretaapian mengunjungi Indonesia guna membahas potensi kerja sama kedua negara di bidang tersebut.
Perusahaan tersebut bertemu sejumlah perusahaan nasional yang bergerak di bidang perkeretaapian dan infrastrukturnya. Contohnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT MRT Jakarta (Perseroda), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sebaliknya, perwakilan dari Indonesia seperti dari PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA serta Masyarakat Perkereraapian Indonesia (Maska) juga telah mengunjungi Polandia dan bertemu sejumlah perwakilan perusahaan di negara tersebut.
Krzysztof Zdziarski, CEO PESA, mengatakan bahwa dirinya masih menantikan pembicaraan lebih lanjut dengan berbagai stakeholders di Indonesia. Dia menyambut potensi kerja sama antara kedua negara pada sejumlah proyek seperti pengembangan kereta commuter perkotaan, LRT, MRT, hingga antarkota.
"Perusahaan-perusahaan di Indonesia perlu menyambut kami juga. Kami istilahnya datang ke rumah anda, perlu ada undangannya," kata Krzysztof kepada Bisnis di sela-sela acara Indonesia Railway Conference di Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Baca Juga
Menurut Krzysztof, potensi pengembangan kereta di Indonesia besar sejalan dengan besarnya kebutuhan transportasi perkotaan maupun aglomerasi. Namun, dia mengungkap bahwa apabila kedua negara sepakat untuk bekerja sama, perlu adanya ekspor barang atau bahan baku proyek dari pihak ketiga.
"Kami mendorong untuk ekspor dari pihak ketiga [third party export] karena kami menerapkan hal yang sama di Polandia," jelasnya.
Sementara itu terkait dengan tingkat komponen dalam negeri, Krzysztof mendorong agar penerapannya bisa dilakukan secara bertahap. Dia mendorong agar penerapan besaran komponen dalam negeri (TKDN) barang dan jasa pada proyek bisa ditingkatkan secara bertahap, alih-alih secara langsung.
"Jika pemerintah Indonesia mewajibkan adanya 50 persen komponen dalam negeri, nantinya bisa membahayakan kualitas [produk final]. Bisa dilakukan awal tahun komponen dalam negeri 10 persen, lalu naik 25 persen, dan seterusnya. Karena di Polandia pun tak menggunakan 50 persen komponen dalam negeri, mungkin barang dan jasa tertentu lebih bagus diimpor dari negara lain," jelasnya.
PESA, kata Krzysztof, mendorong tidak hanya kerja sama terkait dengan pengadaan barang dan jasa, melainkan juga transfer teknologi dan SDM.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah kota untuk rencana pengembangan transportasi kota hingga implementasinya, penerapan peralatan dan infrastruktur yang sesuai, lalu kami ikut mengoperasikan selama 10 tahun. Itu yang biasanya kami lakukan karena tidak ada yang mau barang tanpa bisa mengetahui cara menggunakannya," terangnya.
Terpisah, Direktur Sarana Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub Djarot Tri Wardhono mengungkap bahwa terdapat rencana pengembangan proyek kereta perkotaan di sejumlah kota besar seperti Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan.
Sebagian besar proyek-proyek itu disebut berpotensi ditawarkan ke investor.
"Kalau yang akan ditawarkan itu seperti [kereta] perkotaan Semarang. Itu masih dalam feasibility study. Lalu di Bandung kan sudah mulai, tapi semua penanggung jawab project-nya pemerintah daerah," terangnya, Rabu (19/10/2022).
Tidak hanya itu, proyek MRT Fase 3 Balaraja--Cikarang atau East-West Line serta Fase 4 Fatmawati-TMII juga dinilai potensial untuk bisa mendapatkan dukungan dari investor.