Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri (BMRI) Ramal BI Masih Naikkan Suku Bunga Acuan hingga 2023

BI diperkirakan akan terus meningkatkan suku bunga acuan menjadi 5,00 persen hingga akhir 2022 dan menjadi 5,25 persen pada 2023.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diharapkan kembali meningkatkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) hingga kuartal I/2023.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan, BI diperkirakan akan terus meningkatkan suku bunga acuan menjadi 5,00 persen hingga akhir 2022 dan menjadi 5,25 persen pada 2023.

“Sebagai langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward-looking, kami mengharapkan BI untuk terus meningkatkan BI-7DRRR menjadi 5,00 persen hingga akhir 2022 dan menjadi 5,25 persen pada 2023,” kata Andry dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (21/10/2022).

Dari sisi eksternal, Andry mengatakan bahwa tingginya inflasi di AS tampaknya lebih presisten dari yang diperkirakan.

The Fed sendiri telah memberikan isyarat bahwa FFR akan dinaikkan menjadi 4,50 persen pada 2022 dan menjadi 4,75 persen pada 2023.

Hal tersebut, diakui Andry memang memicu aliran modal keluar di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia khususnya di pasar SBN, sehingga memberikan tekanan pada stabilitas nilai tukar Rupiah.

Selain itu, Bank Mandiri memperkirakan surplus perdagangan cenderung menyusut ke depan di tengah perlambatan ekonomi global, meskipun kinerja ekspor yang baik di tengah harga komoditas yang tinggi.

Kemudian dari sisi domestik, Andry memperkirakan tingkat inflasi akan tetap tinggi yakni sekitar 5 persen hingga 6 persen (year-on-year/yoy).

Ini, kata Andry setidaknya hingga semester I/2023 lantaran penyesuaian harga BBM yang tidak hanya memiliki dampak putaran pertama pada inflasi administered price tetapi juga dampak putaran kedua  pada barang dan jasa lainnya.

“Karena tekanan datang dari sisi eksternal (depresiasi nilai tukar Rupiah) dan dari sisi domestik (tingkat inflasi yang tinggi), kami percaya BI akan lebih agresif menggeser kebijakan moneter longgar dengan menaikkan suku bunga kebijakan untuk memastikan stabilitas,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper