Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Diproyeksi Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen Bulan Ini

Ekonom menilai keputusan kenaikan suku bunga acuan tersebut diperlukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diperkirakan kembali menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2022.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen.

Dia menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga acuan tersebut diperlukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi, khususnya second round effect dari penyesuaian harga BBM pada September lalu.

Selain itu, kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin tersebut juga untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga the Fed yang diperkirakan lebih agresif pada November 2022 menyusul data inflasi yang masih tinggi di Amerika Serikat (AS).

“Kenaikan BI7DRR [BI-7 Day Reverse repo Rate] juga merupakan langkah pre-emptive mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed pada bulan November mendatang sebesar 75 basis poin menjadi 4 persen,” katanya kepada Bisnis, Rabu (19/10/2022).

Josua mengatakan, kenaikan suku bunga acuan pada RDG bulan ini diharapkan dapat menjaga daya tarik investasi pada aset keuangan Indonesia. 

Pasalnya, kondisi nilai tukar dan pasar modal domestik cenderung terkoreksi di tengah sentimen kenaikan suku bunga the Fed yang tetap agresif mengingat inflasi di AS masih cenderung tinggi. 

“Jadi kenaikan suku bunga BI ditujukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi serta mendorong stabilitas nilai tukar rupiah,” kata dia.

Sebagaimana diketahui, pada RDG September 2022, BI memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, menjadi 4,25 persen.

Dengan kenaikan ini, BI telah telah menaikkan suku bunga acuan secara total sebesar 75 basis poin sejak Agustus 2022.

Keputusan ini kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yaitu sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 2–4 persen semester II/2023.

“Serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper