Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) menyambut baik rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyatakan kemungkinan besar akan melakukan perpanjangan restrukturisasi kredit perbankan.
Ketua Umum GIPI Hariyadi B. Sukamdani berharap rencana tersebut dapat terealisasi dalam waktu dekat sehingga pelaku usaha terutama perhotelan dapat pulih seperti sebelum pandemi Covid-19.
“Kami harap betul-betul dapat direalisasikan, kalau nggak, bukan hanya hotel yang bermasalah, banknya juga kena masalah terhadap cadangan uangnya. Memang harus diberikan perpanjangan, kalau tidak akan bikin susah semua,” kata Hariyadi, Selasa (18/10/2022).
Adapun, OJK masih terus mengkaji sektor-sektor yang membutuhkan restrukturisasi, karena belum pulih akibat dampak pandemi Covid-19 setelah program ini direncanakan berakhir pada Maret 2023.
Pihak OJK juga menyebutkan beberapa sektor yang masih butuh konsentrasi lebih tinggi seperti akomodasi, yakni perhotelan, serta sektor makanan minuman (mamin). Kedua sektor ini tercatat masih memiliki proporsi kredit restrukturisasi tinggi.
Lebih lanjut, Hariyadi mengungkapkan perusahaaan yang tergabung dalam GIPI masih belum sanggup jika restrukturisasi tersebut berhenti pada 2023. Alasannya, adalah industri pariwisata masih berjuang untuk pulih.
Hariyadi mengatakan program pemerintah tersebut yang sudah berjalan sejak 2021 sangat membantu industri pariwisata seperti hotel dan restoran untuk dapat bertahan hingga mulai tumbuh.
“Adanya restrukturisasi kredit sangat berpengaruh terhadap cash flow perusahaan sehingga kami tidak keberatan untuk operasional,” ujarnya.
Mengacu pada catatan OJK, dalam merespon pandemi Covid-19, pada Maret 2020 OJK telah mengeluarkan kebijakan quick response dengan menerbitkan POJK 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Covid-19 yang berlaku sampai dengan 31 Maret 2021.
Kemudian, dengan mempertimbangkan kondisi pandemi menjelang akhir 2020 yang belum menunjukkan perbaikan, OJK melalui POJK No. 48/POJK.03/2020 tentang Perubahan atas POJK Stimulus Covid-19 melakukan perpanjangan kebijakan relaksasi dengan menekankan kewajiban penerapan manajemen risiko dan prinsip kehati-hatian dalam penerapan stimulus, serta menambahkan kebijakan terkait dengan likuiditas dan permodalan bank hingga 31 Maret 2022.
Bergantung pada Wisatawan
Hariyadi yang juga merupakan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menegaskan bahwa sektor perhotelan sangat bergantung pada wisatawan dan kegiatan pemerintah dan korporasi.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sejak Januari hingga awal September 2022 telah mencapai target batas bawah yang ditetapkan pemerintah, yakni sebesar 1,8 juta kunjungan.
Meski telah mencapai target, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah tersebut masih jauh dari kondisi normal sebelum pandemi Covid-19 atau pada 2019. Pada periode Januari-Agustus 2019, jumlah wisman mencapai 8,5 juta kunjungan.
“Hotel itu mengikuti flow-nya traveler, ada domestik travelersnya juga dari turis asingnya masuk jumlahnya besar akan membantu. Kalau yang bergantung sekali sama turis kan Bali, Bintan, dan Manado, selama turisnya belum baik, itu akan berat. Ini masih berproses, baru mulai tumbuh, masih perlu waktu,” ujar Hariyadi.
Meski sudah mulai tumbuh, tapi sektor pariwisata Indonesia tidak dapat serta merta disebut pulih. Industri pariwisata masih sangat terpuruk dari sisi operasional karena harus menutup kerugian sepanjang pandemi Covid-19.
“Artinya dengan adanya perpanjangan restrukturisasi, dia [hotel] dapat membayar kewajibannya dengan cash flow yang ada, karena saat ini masalah di cash flow yang masih nggak cukup,” ujarnya.
Adapun, Kemenparekraf terus menggencarkan promosi dan menjaring wisatawan berkualitas dari berbagai negara di dunia guna meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat Indonesia melalui sektor pariwisata.
Beberapa negara yang menjadi target program promosi, yakni Inggris, Prancis, Rusia, Belanda, Jerman, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Singapura, Malaysia, China, Jepang, Korea Selatan, India, dan Australia.
Tidak hanya wisman, wisatawan nusantara (wisnus) juga menjadi fokus pasar yang akan dimaksimalkan pada tahun depan yang jumlahnya diperkirakan akan mencapai 1,4 miliar pergerakan.
"[Dunia] ada ancaman resesi, tetapi kekuatan kami itu adalah domestic market. Jadi ke depan kami akan kembangkan wisatawan nusantara dan juga tentunya upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara juga," ungkap Sandiaga dalam Weekly Press Briefing, Senin (17/10/2022).