Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada September 2022 mencapai US$24,80 miliar.
Nilai tersebut meningkat sebesar 20,28 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun demikian, secara bulanan ekspor pada September 2022 turun sebesar 10,99 persen yoy.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menyampaikan bahwa pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh sektor tambang dan lainnya, yaitu sebesar 61,38 persen secara tahunan.
Secara bulanan, sektor tambang & lainnya merupakan satu-satunya sektor yang mencatatkan pertumbuhan positif, sebesar 2,61 persen mtm.
“Untuk pertambanagn yang naik 2,61 persen mtm ini utamanya didorong komoditas bijih tembaga, liknit, bijih logam lainnya, bijih zirkonium, niobium, tantalum, serta bijih besi,” katanya dalam konferensi pers, Senin (17/10/2022).
Secara tahunan, sektor yang juga mencatatkan pertumbuhan tinggi yaitu sektor migas, sebesar 41,80 persen. Sementara itu, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 9,33 persen yoy, serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 3,55 persen yoy.
Secara bulanan, sektor migas mengalami penurunan terdalam, sebesar 21,41 persen mtm, dipicu oleh penurunan ekspor komoditas gas dan hasil minyak.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pun mencatatkan penurunan sebesar 8,65 persen mtm, disebabkan oleh penurunan pada komoditas sarang burung, kopi, rumput laut dan ganggang lainnya, hasil hutan bukan kayu lainnya, serta tembakau.
“Untuk industri pengolahan, mengalami penurunan 14,24 persen mtm, utamanya didorong oleh penurunan komoditas minyak kelapa sawit, pakaian jadi, peralatan listrik, besi dan baja, serta kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian,” jelas Setianto.
Adapun, neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 mencatatkan surplus sebesar US$4,99 miliar. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 29 bulan beruntun.