Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI Naik, Pengusaha Mal: Investasi Bakal Tersendat

Kenaikan suku bunga acuan 75 basis poin diperkirakan akan membuat pengembang pusat perbelanjaan atau mal menunda investasinya.
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memperkirakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak 75 basis poin (bps) pada tahun ini akan mempengaruhi secara langsung investasi sektor pusat perbelanjaan atau mal.

Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan, pengembang akan menunda investasinya sehingga pertumbuhan pusat perbelanjaan diprediksi sedikit terhambat.

“Saya kira developer akan menghitung investasi pembangunan pusat perbelanjaan. Karena banyak kan, investasi ini yang sifatnya tunjangan,” ujar Alphonzus, dikutip Jumat (14/10/2022).

Namun demikian, dia memperkirakan dampak tersebut hanya akan berdampak pada semester pertama tahun depan.

“Paling tidak di pertengahan semester I tahun depan saya kira akan terlihat arah lebih jelas dan investasi bergerak lagi di investasi pusat belanja,” imbuhnya.

Dia berharap pemerintah khususnya memperkuat perdagangan dalam negeri agar dampak kenaikan suku bunga dan resesi global dapat diminimalisir.

Lebih lanjut, Alphonzus membeberkan bahwa pertumbuhan pusat perbelanjaan atau mal perlahan mulai pulih. Tingkat kunjungan pada 2022 sudah mendekati normal, yaitu 80-90 persen. Sebelum pandemi, rata-rata kunjungan pusat perbelanjaan hanya 50 persen. Kemudian, pada 2021 naik 10 persen menjadi 60 persen.

“Pada 2020 masih tertolong karena Januari sampai Maret belum pandemi kan. Tahun 2022 ini kami menargetkan bisa mencapai 90 persen. Memang belum bisa kembali 100 persen, tapi 90 persen tercapai. Untuk 2023 kembali normal mudah-mudahan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia khawatir kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebanyak 75 basis poin pada 2022 ini bukan justru menekan inflasi melainkan menghambat pertumbuhan itu sendiri.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shina Widjaja Kamdani mengatakan, meskipun pihaknya memahami alasan kenaikan suku bunga berturut-turut seperti ini, dikhawatirkan dampak kumulatifnya. Dia menuturkan, hampir bisa dipastikan dalam waktu dekat 1-3 bulan ke depan suku bunga pinjaman riil, baik untuk pelaku usaha maupun masyarakat, akan naik signifikan karena kenaikan suku bunga BI dalam 3 bulan terakhir sudah mencapai 1,5 persen.

Sementara itu, kata dia, inflasi nasional secara tahunan (year on year/yoy), bukannya semakin mereda seiring dengan kenaikan suku bunga, tetapi malah makin naik mencapai 5,95 persen yoy.

“Kami khawatirkan kenaikan suku bunga ini bukannye efektif mengendalikan inflasi tapi malah lebih efektif menekan pertumbuhan ekonomi kita sendiri dan menciptakan risiko-risiko ekonomi yang bisa mengancam stabilitas fundamental ekonomi nasional di tengah krisis global seperti kenaikan risiko NPL [nonperforming loan],” ujar Shinta kepada Bisnis, Kamis (13/10/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper