Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Resesi Mengancam, Pengelola Mal Dituntut Lakukan Hal Ini

Pengelola pusat belanja atau mal perlu berinovasi dalam menghadapi ketidakpastian perekonomian global hingga persaingan dengan platform e-commerce.
Indra Gunawan
Indra Gunawan - Bisnis.com 13 Oktober 2022  |  15:20 WIB
Resesi Mengancam, Pengelola Mal Dituntut Lakukan Hal Ini
Warga mengunjungi salah satu pusat belanja di Jakarta Barat, Sabtu (30/10/2021). - Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pengelola pusat belanja atau mal saat ini dituntut untuk terus berinovasi menambahkan fungsi lain mal dalam menghadapi tantangan ketidakpastian perekonomian global hingga persaingan dengan platform e-commerce.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaya mengatakan, pusat belanja atau mal juga harus difungsikan sebagai tempat yang memberikan kesan bermakna (journey) kepada pengunjung, tidak hanya sebagai tempat belanja semata. 

Demikian yang disampaikan Ketua Umum Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaya dalam acara bertajuk The Rise of The Retail Industry Towards 2023 pada Kamis (13/10/2022) di Jakarta.

Shopping mall harus ditambahkan tidak sekadar dengan belanja atau buying. Jadi harus memberikan fungsi lain, ada inovasinya. Ini yang membedakan dengan online. Harus ada customer experience, harus ada journey,” ujar Alhponzus dalam acara bertajuk The Rise of The Retail Industry Towards 2023, Kamis (13/10/2022).

Dia menjelaskan, mengapa mal harus memberikan kesan sebagai tempat wisata yang menyenangkan karena manusia adalah makhluk sosial. Pasalnya, kehidupan manusia saat ini sudah dipenuhi dengan aktivitas virtual.

“Manusia kan, mahluk sosial, punya insting yang tidak seperti di dunia maya. Dari pagi sampai malam serba virtual, sekarang ini. Prosesi memakamkan saja sudah ada virtual, ini bukan kehidupan sebenarnya. Maka harus berinteraksi di pusat belanja,” ungkap Alphonzus.

Dengan demikian, lanjut dia, apabila mal masih berkutat hanya sebagai pusat belanja saja, maka pusat belanja akan ditinggalkan.

“Di Jakarta tingkat okupansi sudah banyak yang 100 persen tetapi banyak juga pusat belanja tidak pulih-pulih bahkan semakin sepi. Saya kira karena ini [hanya sebatas pusat buying],” tutur Alphonzus.

Di samping itu, Alphonzus optimistis pusat belanja tetap akan tumbuh. Hal ini karena rasio ritel pusat perbelanjaan dengan penduduk Indonesia masih belum sebanding.

“Bisa tumbuh dikarenakan rasio pusat pusat belanja tidak mencukupi dibanding populasi, masih sangat sedikit oleh karenanya beberapa developer sudah akan ekspansi. Dibandingkan negara-negara lain Indonesia yang penduduknya 270 juta hanya ada sekitar 400-an pusat belanja,” katanya.

Sebelumnya, Nielsen Indonesia menilai terkendalinya pandemi Covid-19 membuat keyakinan konsumen dalam belanja kembali meninggi. Sektor ritel yang terdampak parah selama 2 tahun belakangan akan kembali bergairah, paling tidak pertumbuhannya sekitar 4 persen pada 2022.

“Dalam 2 tahun pandemi ritel kita low single digit. Boleh dibilang ritel roler coster, setiap ada PPKM, tiarap. Tapi tahun ini kita lebih stabil di ritel. Kita 2 bulan lalu lakukan survei, konsumen kita lebih pede, waktu dulu masih banyak yang masih ngeluh,” ujar kata Executive Director Nielsen Indonesia Wiwi Sasongko.

Adapun, Bank Indonesia mencatat indeks keyakinan konsumen (IKK) pada September 2022 hanya 117,1, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 124,7. Hal itu dipertegas dengan jatuhnya tingkat konsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama kelas menengah dengan tingkat pengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta per bulan. Hal tersebut tak terlepas dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) awal September lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

bisnis ritel mal pusat belanja
Editor : Denis Riantiza Meilanova

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top