Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Amerika Serikat (AS) melandai pada bulan September 2022. Namun inflasi inti justru naik ke level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (13/10/2022), Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (IHK) AS naik 8,2 persen pada September 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Inflasi AS ini lebih rendah dari bulan Agustus 2022 yang mencapai 8,3 persen yoy. Dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/mom), inflasi AS mencapai 0,4 persen.
Di sisi lain, IHK inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi naik 6,6 persen yoy, level tertinggi sejak 1982. Dari bulan sebelumnya, IHK inti naik 0,6 persen.
Direktur investasi di abrdn James Athey data inflasi yang dirilis hari ini bukankan data yang diharapkan pasar atau The Fed.
"Tekanan inflasi tetap tinggi. Kenyataannya adalah bahwa untuk masa mendatang The Fed tetap bersikap hawkish. Ini akan mendorong imbal hasil obligasi dan dolar AS tetapi ini menjadi berita yang buruk untuk pasar saham." jelasnya.
Baca Juga
Bursa saham AS anjlok pada awal perdagangan hari ini. Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 1,57 perseen, indeks S&P 500 turun 2 persen, sedangkan Nasdaq Composite anjlok 2,77 persen.
Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik ke 4,044 persen dan indeks dolar AS menguat 0,28 persen ke 113,64 pada pukul 20.44 WIB.
Sementara itu, Analis Principal Global Investors Seema Shah mengatakan tidak ada lagi orang yang memperkirakan bahwa Fed dapat menaikkan suku bunga di bawah 75bps pada pertemuan November setelah data inflasi hari ini.
“Faktanya, jika kejutan inflasi semacam ini terulang bulan depan, kita bisa menghadapi kenaikan 0,75 persen kelima berturut-turut pada bulan Desember dengan suku bunga kebijakan melampaui perkiraan suku bunga puncak Fed sebelum tahun ini berakhir,” ungkapnya.
Lonjakan data inflasi inti AS ini semakin menekan The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih agresif guna membasmi inflasi yang masih sulit turun.
Pasar saat ini memperkirakan penuh The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan November mendatang. Adapun suku bunga acuan diperkirakan menyentuh 4,85 persen sebelum siklus pengetatan berakhir.
Adapun manajer portofolio senior Federated Hermes Steve Chiavarone mengatakan adanya kenaikan harga energi yang berkelanjutan dapat membawa inflasi ke level tertinggi baru
“Itu bisa sangat mengkhawatirkan bagi pasar karena mendorong kembali ekspektasi inflasi puncak, puncak sikap hawkish the Fed, dan dapat memaksa pasar memproyeksikan suku bunga acuan di atas 5 persen,” katanya.