Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Menyusut, Perlukah RI Impor Beras? Ini Kata Kemendag

Kemendag angkat bicara terkait menyusutnya cadangan beras. Apakah indonesia bakal impor beras?
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan pemerintah tidak akan memilih opsi untuk impor pangan khususnya beras jika tidak benar-benar mendesak.

Plt. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Syailendra mengklaim bahwa beras dalam negeri masih surplus untuk memenuhi kebutuhan nasional. Adapun cadangan beras saat ini sekitar 700.000 ton, masih di bawah ideal yaitu 1,2 juta ton.

“Impor itu adalah opsi paling terakhir. Kita tidak menggunakan opsi impor itu kalau tidak mendesak sama sekali. Contoh soal beras, sampai saat ini datanya masih surplus. Bisa dicek beras itu masiih cukup,” kata Syailendra, Rabu (12/11/2022).

Syailendra mengakui jika ada beberapa komoditas pangan yang masih sangat tergantung impor, seperti kedelai, tepung terigu dan bawang putih.

“Di beberapa komoditas bahan pokok yang tergantung impor seperti tepung terigu, kedelai, bawang putih yang perlu kita impor. Kemudian daging sapi tambahan, lalu gula juga tambahan,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan jika Kemendag telah bekerjasama dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menaikkan harga acuan pembelian. Tujuannya, agar Bulog segera menyerap hasil panen dari petani. Berdasarkan data yang diterima Kemendag dari kementerian atau lembaga terkait produksi beras Indonesia masih surplus.

"Jumlah yang tersedia, kalau data yang kita terima, termasuk yang di masyarakat angka diatas 2-3 juta dan cukup sampai akhir tahun, karena itu masih ada yang panen dan masih berjalan," jelasnya.

Seperti diketahui, pasokan beras dari Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) dalam tiga bulan terakhir terus mengalami penurunan, tercatat per 3 Oktober 2022 berada di posisi 798.013 ton.

Dalam laporan Perkembangan Harga, Inflasi, dan Stok Indikatif Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, pasokan beras pada Agustus 2022 di angka 1.046.237 ton dengan ketahanan 13,4 bulan.

Sementara itu, pada September 2022 pasokan beras di angka 861.966 ton dengan ketahanan 10,8 bulan. Bila membandingkan angka stok beras pada Agustus 2022, artinya pasokan telah menyusut 248.224 ton di September 2022.

Seiring berkurangnya pasokan beras, harga komoditas tersebut terkerek naik yang diakibatkan beberapa faktor seperti adanya pembelian rush untuk bansos, hingga naiknya harga gabah.

Selain itu, saat ini mulai memasuki musim panen gadu di mana produksi petani lebih sedikit dibandingkan musim panen raya. Namun kualitas gabah lebih baik, sehingga harga gabah/beras di petani mengalami kenaikan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Indra Gunawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper