Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi sektor apartemen rupanya sedang tidak baik-baik saja. Di pasaran primer rupanya sektor apartemen masih mengalami tekanan yang besar dan belum dapat bangkit sejak 2014.
Berita tentang kinerja industri apartemen menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Senin (10/10/2022):
Sektor apartemen dan kondominium masih mengalami tekanan yang cukup besar dan belum pulih akibat kondisi yang tengah oversupply yang telah terjadi terjadi sejak tahun 2014.
Namun, rupanya kondisi pasar sekunder atau apartemen seken juga mengalami tekanan di mana banyak pemilik yang menjual unit apartemennya dengan banting harga.
Colliers Indonesia mencatat untuk pasar primer atau unit baru, penjualan apartemen hingga kuartal III tahun 2022 mengalami penurunan drastis, yakni baru 782 unit apartemen yang terjual. Angka ini masih sekitar 61 persen dari penjualan tahun lalu.
Diproyeksikan, penjualan tahun ini tidak akan melampaui penjualan tahun 2021. Suramnya proyek di tahun ini membuat pengembang lebih memilih menunggu.
Kebijakan zero covid, perubahan jajaran politik, dan keberpihakan kepada Rusia menjadi faktor ketidakpastian ekonomi China, menjelang kongres Partai Komunis yang kemungkinan besar akan menjadi momen pengumuman kelanjutan rezim Xi Jinping.
Ketidakpastian ekonomi di China telah membuat investor asing terombang-ambing.
Perekonomian terbesar kedua di dunia terpukul terutama sejak pandemi Covid-19 pada 2020. Namun, kebijakan Pemerintahan Presiden Xi Jinping makin mendorong ekonomi ke ujung tanduk, menambah kekhawatiran dampak ke ekonomi global.
Investasi asing terus melandai dan pebisnis dari negara Barat lebih memilih angkat kaki dari negara itu. Berdasarkan laporan South China Morning Post (SCMP), investasi luar negeri di China anjlok hingga 20,3 persen pada Juni dan Juli, dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Berakhirnya insentif PPN DTP bakal menambah beban industri properti yang kini sedang terancam oleh tantangan kenaikan suku bunga acuan dan inflasi. Kalangan emiten properti papan atas pun berharap agar pemerintah dapat mempertimbangkan untuk kembali memperpanjang insentif tersebut.
Adanya insentif tersebut selama ini telah menopang kinerja penjualan emiten properti setelah mengalami tekanan yang cukup berat akibat pandemi. Berakhirnya insentif ini pada September 2022 lalu bakal mengakhiri daya tarik pemasaran properti selanjutnya.
Sementara itu, di pasar saham sektor properti hingga kini memang masih kekurangan tenaga dan juga kurang difavoritkan oleh investor, sebab ada banyak sentimen yang berkembang saat ini dan kurang mendukung bagi sektor ini.
Menjelang uji coba transaksi jalan tol tanpa kartu atau Multi Lane Free Flow (MLFF) pada Desember 2022, pemerintah terus mematangkan sistem pendukung aplikasi yang akan digunakan. Pemerintah tetap optimistis uji coba transaksi nirsentuh ini dapat dilakukan pada beberapa ruas di bulan Desember 2022.
Untuk melintasi jalan tol, pengguna jalan tol diwajibkan untuk mengunduh aplikasi Cantas sebagai proses pembayaran MLFF.
Sebelumnya, pemerintah pesimistis dan memundurkan rencana uji coba dari target Desember menjadi awal Januari 2023. Namun, pemerintah mengubah lagi target uji coba sistem transaksi pembayaran jalan tol nirsentuh ini menjadi bulan Desember mendatang. Adapun ditargetkan sistem MLFF ini dapat berlaku penuh di seluruh ruas tol Tanah Air pada akhir 2023.
PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) masih belum puas dengan upaya ekspansi bisnisnya. Setelah mengakuisisi PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR), TOWR membeli aset fiber optik senilai Rp800 miliar. Langkah TOWR ini bakal makin memantapkan posisinya di industri infrastruktur telekomunikasi.
Transaksi yang dilakukan melalui entitas anaknya, yakni PT BIT Teknologi Nusantara, dengan PT Alita Praya Mitra selaku pemilik tersebut bernilai sekitar Rp800 miliar.
Adapun, BIT Teknologi Nusantara merupakan anak perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh PT iForte Solusi Infotek, anak perusahaan PT Profesional Telekomunikasi Indonesia atau Protelindo. Protelindo merupakan entitas bisnis di bawah TOWR.