Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) menyebut indeks harga komoditas pangan dunia turun selama enam bulan berturut-turut pada September 2022.
Indeks Harga Pangan FAO rata-rata 136,3 poin pada September, turun 1,1 persen dari Agustus. Meski begitu, harga pangan tetap 5,5 persen lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Dilansir dari African Business pada Minggu (9/10/2022) FAO sendiri melacak perubahan bulanan dalam harga internasional dari sekeranjang komoditas makanan yang umum diperdagangkan.
FAO merinci, Indeks Harga Minyak Nabati mengalami penurunan 6,6 persen selama sebulan untuk mencapai level terendah sejak Februari 2021. Sementara itu, harga minyak sawit, kedelai, bunga matahari, dan lobak semuanya juga mengalami penurunan.
Persediaan minyak sawit yang masih banyak, bertepatan dengan peningkatan produksi musiman di Asia Tenggara menyebabkan harga minyak sawit turun.
Ketersediaan ekspor minyak kedelai yang lebih tinggi di Argentina, peningkatan pasokan minyak bunga matahari dari wilayah Laut Hitam dan harga minyak mentah yang lebih rendah juga berkontribusi pada penurunan subindeks ini.
Indeks Harga Sereal FAO, sebaliknya, naik 1,5 persen dari Agustus. Harga gandum internasional rebound sebesar 2,2 persen, diduga terkait kekhawatiran kondisi panen kering di Argentina dan Amerika Serikat, laju ekspor yang cepat dari Uni Eropa di tengah permintaan internal yang tinggi dan meningkatnya ketidakpastian tentang kelanjutan Inisiatif Butir Laut Hitam setelah November.
Harga jagung dunia sebagian besar stabil, karena dolar Amerika Serikat yang kuat melawan tekanan dari prospek pasokan yang lebih ketat terkait dengan penurunan prospek produksi di Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Adapun, Indeks Harga Beras FAO naik 2,2 persen, sebagian besar sebagai respons terhadap perubahan kebijakan ekspor di India dan kekhawatiran tentang dampak banjir besar di Pakistan.
Indeks Harga Produk Susu FAO turun 0,6 persen dalam sebulan, sebagian besar mencerminkan dampak dari melemahnya euro terhadap dolar Amerika Serikat, bersama dengan ketidakpastian pasar dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang suram.
Indeks Harga Daging FAO turun 0,5 persen. Harga daging sapi dunia turun karena tingginya ketersediaan ekspor dari Brasil dan meningkatnya likuidasi ternak di beberapa negara produsen, sedangkan harga daging unggas turun tipis karena lemahnya permintaan impor. Sebaliknya, harga daging babi dunia naik karena kekurangan pasokan hewan siap potong di Uni Eropa.
Indeks Harga Gula FAO turun 0,7 persen selama bulan September, sebagian besar terkait dengan prospek produksi yang baik di Brasil bersama dengan harga etanol yang lebih rendah dan efek pergerakan mata uang.