Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DBS Sebut Inflasi 2022 Bisa Turun di Bawah 5 Persen, Asal...

Harga pangan dan minyak global mulai menunjukkan tren penurunan. Hal tersebut berpotensi meredam laju kenaikan inflasi yang terjadi sepanjang tahun ini.
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — DBS Group Research memproyeksikan bahwa inflasi tahun ini bisa turun hingga di bawah 5 persen karena harga pangan relatif menurun dengan pasokan yang stabil, lalu terdapat asumsi harga minyak global akan mengalami normalisasi.

Berdasarkan analisis DBS Group Research, pergerakan harga pangan dan minyak global mulai menunjukkan tren penurunan. Hal tersebut berpotensi meredam laju kenaikan inflasi yang terjadi sepanjang tahun ini.

DBS menilai bahwa sektor pangan terus menjadi komponen pendorong inflasi, bahkan hingga September 2022. Oleh karena itu, turunnya harga pangan dapat memengaruhi laju inflasi setahun penuh.

"Harga pangan juga menurun karena pasokannya sudah stabil, yang menurut perkiraan DBS Group Research bisa membantu menurunkan inflasi di bawah rata-rata 5 persen untuk setahun penuh," tertulis dalam riset DBS, dikutip pada Kamis (6/10/2022).

Indonesian Crude Price (ICP) bergerak di bawah US$100 per barrel, dan DBS meyakini kondisinya akan terjaga stabil mulai September 2022. Penurunan harga minyak global akan turut memengaruhi pergerakan inflasi Indonesia, terutama setelah terdongkrak oleh kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Pada September 2022, inflasi tercatat melonjak ke 5,95 persen secara tahunan, sesuai proyeksi DBS di 5,9 persen. Kenaikannya mencapai 1,2 persen secara bulanan, dari posisi Agustus 2022 di 4,7 persen—menjadikannya kenaikan bulanan tertinggi sejak 2014.

Komponen inflasi harga diatur pemerintah (administered price) meningkat menjadi 13,3 persen, dan indikator energi naik 16,5 persen. Di antara berbagai sub-komponen, kenaikan paling tinggi tercatat di sektor transportasi, yang naik 16 persen secara tahunan.

Komponen transportasi pun berkontribusi 89 persen terhadap kenaikan inflasi secara keseluruhan, mencerminkan tingginya dampak dari kenaikan harga BBM terhadap inflasi. DBS meyakini bahwa dampak itu masih akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan, tetapi dapat sedikit diimbangi oleh penurunan harga pangan.

"Dengan beberapa provinsi belum mencerminkan kenaikan harga BBM dalam biaya transportasi lokal, DBS Group Research memperkirakan dampak terhadap segmen lain dan dampak tidak langsung [susulan] juga akan merembes ke kuartal IV/2022," tertulis dalam publikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper