Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Devisa Bank Sentral Global Susut US$1 Triliun, Rekor Tercepat Sejak 2003

Anjloknya cadangan devisa ini sejalan dengan penguatan dolar AS ke level tertinggi dalam dua dekade terhadap mata uang utama lainnya
Ilustrasi cadangan devisa Indonesia - Bisnis/Himawan L Nugraharn
Ilustrasi cadangan devisa Indonesia - Bisnis/Himawan L Nugraharn

Bisnis.com, JAKARTA - Cadangan devisa sejumlah bank sentral dunia menyusut drastis seiring dengan ketatnya intervensi moneter untuk melindungi nilai mata uang.

Berdasarkan data Bloomberg, cadangan devisa turun sekitar US$1 triliun atau 7,8 persen tahun ini menjadi US$12 triliun sepanjang tahun ini hingga Oktober 2022. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 2003.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (6/10/2022), anjloknya cadangan devisa ini sejalan dengan penguatan dolar AS ke level tertinggi dalam dua dekade terhadap mata uang utama lainnya seperti euro dan yen, sehingga mengurangi nilai dolar dari kepemilikan mata uang ini.

Namun, cadangan yang semakin menipis juga mencerminkan tekanan di pasar valas yang memaksa semakin banyak bank sentral, mulai dari India hingga Republik Ceko, untuk ikut menguras cadangan guna menahan depresiasi.

Persediaan valas India telah anjlok US$96 miliar tahun ini menjadi US$538 miliar. Bank sentral India mengatakan perubahan penilaian aset menyumbang 67 persen dari penurunan cadangan valas selama tahun fiskal dari April, sedangkan sisanya berasal dari intervensi untuk menopang mata uang.

Selain itu, Rupee telah melemah sekitar 9 persen terhadap dolar AS tahun ini dan mencapai rekor terendah bulan lalu.

Kemudian, bank sentral Jepang menghabiskan sekitar US$20 miliar pada bulan September untuk memperlambat penurunan yen dalam intervensi pertamanya mendukung mata uang sejak 1998. Keputusan tersebut menyumbang sekitar 19 persen dari hilangnya cadangan valas tahun ini.

Adapun intervensi mata uang di Republik Ceko membuat cadangan valas tergerus 19 persen sejak Februari.

Kepala investasi Merk Investments Axel Merk menggambarkan bahwa penurunan cadangan valas ini adalah bagian dari gejala kenari di tambang batu bara.

"Keretakan muncul. Dan bendera merah itu akan datang dengan kecepatan yang semakin tinggi," katanya.

Meski besaran penurunannya luar biasa, praktik penggunaan cadangan devisa untuk mempertahankan mata uang bukanlah hal baru. Bank-bank sentral membeli dolar dan membangun persediaan mereka untuk memperlambat apresiasi mata uang ketika modal asing membanjiri.

Kepala strategi internasional Deutsche Bank AG Alan Ruskin mengatakan beberapa negara, terutama di Asia, bisa berjalan dua arah, memperlambat pelemahan, dan menimbun kekuatan.

Sebagian besar bank sentral masih memiliki kekuatan untuk tidak melakukan intervensi. Cadangan devisa di India masih 49 persen lebih tinggi dari level 2017, dan cukup untuk membayar impor selama sembilan bulan. Bank-bank sentral termasuk Indonesia, Malaysia, China dan Thailand akan merilis data cadangan devisa terbaru mereka pada hari Jumat.

Di sisi lain, setelah turun 42 persen tahun ini, cadangan devisa Pakistan senilai US$14 miliar tidak cukup untuk menutupi impor selama tiga bulan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper