Bisnis.com, JAKARTA - UOB Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 4,8 persen - 5 persen di 2022 dan 2023.
Ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan sedikit berada di bawah 5 persen yang didukung oleh kontribusi yang lebih kuat dari permintaan domestik, terutama belanja konsumen dan investasi serta kontribusi yang stabil dari ekspor neto.
“Pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi mungkin sedikit di bawah 5 persen,” kata Enrico dalam UOB Economic Outlook 2023 pada hari ini, Kamis (29/9/2022).
Sementara itu, harga komoditas global yang lebih tinggi telah mendorong Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekspor yang luar biasa.
Menurut dia, hal tersebut menjadi pertanda baik bagi neraca perdagangan Indonesia setelah mencatat rekor surplus perdagangan yang tinggi sebesar US$35,3 miliar di 2021. Tren tersebut diperkirakan terus berlanjut meskipun sedikit lebih lambat.
Enrico memperkirakan, inflasi akan melonjak signifikan pada semester II/2022, di tengah penyesuaian harga bahan bakar pada 3 September lalu dengan tingkat inflasi rata-rata mencapai 8 persen pada periode September-Desember 2022.
Baca Juga
Di lain sisi, Indonesia harus menerima fakta bahwa nilai tukar akan mencapai 15.300 hingga 15.400 tahun depan mengingat kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed. Dolar AS kemungkinan akan terus menguat terhadap banyak mata uang lainnya termasuk Rupiah.
“Secara nilai tukar, kita harus menerima fakta sementara Dolar menguat dengan kenaikan suku bunga ini akan terus mencapai 15.300 hingga 15.400,” ujarnya.
Kendati demikian, dia yakin Rupiah akan tetap tertambat dengan baik lantaran kehati-hatian fiskal dan dukungan pertumbuhan yang didorong oleh domestik yang kuat, meskipun ada ekspektasi kenaikan suku bunga yang kurang agresif oleh Bank Indonesia (BI).
Adapun dia memproyeksi, BI akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 5,25 persen pada kuartal I/2023 dan 5,50 persen pada kuartal II/2023.