Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah meminta sejumlah perusahaan untuk memacu produksi kompor listrik sebagai bagian dari program konversi LPG 3 kilogram.
Salah satunya perusahaan yang diminta mengebut produksi kompor listrik ialah PT Hartono Istana Teknologi atau yang dikenal dengan merek Polytron.
Perusahaan yang selama ini dikenal merupakan milik Hartono Bersaudara itu akan meningkatkan produksi menjadi 1 juta unit pada 2023.
Selain perusahaan milik Hartono bersaudara yang akan produksi kompor listrik untuk konversi LPG 3 kg, terdapat perusahaan milik pengusaha Markus Maturo yaitu PT Adyawinsa Electrical and Power. Perusahaan ini diminta memperbanyak produksi hingga 1,2 juta unit.
Kompor listrik produksi dari PT Adyawinsa Electrical and Power dengan merek Myamin telah dibagikan gratis ke ribuan warga di Solo, Jawa Tengah dan Denpasar, Bali. Lantas, siapakah Markus Maturo?
Dirangkum dari berbagai sumber, Markus Maturo adalah pendiri Adyawinsa Grup. Total ada empat perusahaan yang dibawahi grup ini, yaitu PT Adyawinsa Electrical and Power, PT Adyawinsa Dinamika Karawang, dan PT Adyawinsa Plastic Industries Karawang, dan PT Adyawinsa Stamping Industries.
Markus diketahui sebagai anak seorang penjual gado-gado, tetapi latar belakang ekonomi orang tuanya tak menyurutkan semangat Markus menjadi orang sukses.
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, Markus kuliah di Akademi Teknik Mesin Indonesia atau ATMI di Solo Jawa Tengah. Orang tuanya mau membiayai pendidikan perguruan tinggi jika dia berkenan berkuliah di sana. Setelah lulus dari ATMI pada 1991, dia sempat bekerja di Solo selama 6 bulan.
Kemudian, Markus bergabung dengan perusahaan milik sang kakak, di PT Enceha Pacific. Di perusahaan itu Markus jadi tenaga penjual atau salesman. Dari sanalah perjuangan Markus dimulai.
Berkat jadi salesman, jalan membangun pabrik miliknya sendiri mulai terbuka. Saat itu Markus mendatangi perusahaan bernama Inoac Indonesia yang merupakan perusahaan yang memproduksi jok dan interior mobil.
Markus kemudian ditawari untuk memproduksi komponen stay headrest atau penyangga kepala pada kursi mobil. Dia pun menyanggupi permintaan Inoac Indonesia tersebut.
Hasil produksi komponen stay headrest buatan Markus ternyata memuaskan pihak Inoac Indonesia. Sejak saat itu, permintaan pesanan komponen tersebut terus meningkat, tak hanya dari Inoac Indonesia, tapi juga dari berbagai pihak.
Awalnya, Markus menjalankan usahanya di garasi berukuran 120 meter persegi. Setelah permintaan dari konsumen melonjak, Markus lantas memindahkan usahanya ke kawasan industri. Bisnis Markus terus melejit hingga berkembang jadi Adyawinsa Grup.
Sementara itu, mengutip laman resmi PT Adywinsa, Markus membangun salah satu perusahaannya yang bergerak di bidang manufaktur dan energi, Adyawinsa Electrical & Power pada 2005. Perusahaan tersebut, awalnya bernama PT Adyawinsa Dinamika Jababeka, seiring berkembangnya bisnis, kemudian diganti menjadi Adyawinsa Electrical and Power. PT Adyawinsa Electrical And Power (AEP) berdomisili di Cikarang, Jawa barat.
Markus memfokuskan PT Adyawinsa Electrical And Power di bidang manufaktur pembuatan panel surya, lampu penerangan Jalan berbasis led, smart system, baterai, panel listrik, hingga kompor induksi. Selain itu, perusahaan ini juga menyediakan layanan jasa seperti survei dan desain sistem energi surya, konstruksi, instalasi, serta komisioning.