Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengundang perusahaan minyak dan gas (Migas) internasional untuk berinvestasi masif di sektor hulu Migas Indonesia di tengah tren pemulihan perekonomian nasional saat ini.
Luhut mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional di posisi 5,44 persen pada kuartal II/2022 turut menggambarkan aktivitas investasi domestik yang intensif selepas pemulihan pandemi tahun ini.
“Capaian ini sangat mengesankan dibandingkan dengan tetangga-tetangga kita dan beberapa negara berkembang lainnya, saya merekomendasikan setiap pihak, termasuk industri minyak dan gas, mendukung capaian ini,” kata Luhut saat membuka The 46th IPA Convention & Exhibition di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (21/9/2022).
Luhut menyebut investasi yang masuk ke Indonesia pada tahun ini semakin intensif. Hal tersebut didorong oleh keterbukaan Indonesia kepada investor yang ingin menanamkan modalnya.
“Satu hal yang penting industri ingin berinvestasi di Indonesia. Kita lebih terbuka untuk investasi saat ini ketimbang sebelumnya,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan penerimaan negara dari industri hulu migas sudah mencapai US$9,7 miliar atau setara dengan Rp145,15 triliun, kurs Rp14.964, pada semester I/2022.
Laporan itu disampaikan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada pembukaan kegiatan CEO Forum ke-4 pada 2022 yang diselenggarakan di Wisma Mulia Jakarta, Senin (11/7/2022).
"Meskipun produksi dan lifting masih mengalami tantangan, industri hulu migas pada semester I tahun 2022 telah meraih beberapa capaian yang positif, utamanya adalah penerimaan negara yang sudah mencapai US$9,7 miliar,” kata Dwi dikutip dari siaran pers, Senin (11/7/2022).
Selain itu, SKK Migas turut melaporkan capaian reserve replacement ratio (RRR) yang sudah di angka 77 persen, serta cost recovery yang berhasil dijaga pada level rendah sebesar US$3,2 Miliar atau setara dengan Rp47,88 triliun.
Di sisi lain, Dwi berharap momentum harga minyak dan gas yang masih bertengger tinggi hingga pertengahan tahun ini dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk meningkatkan kinerja lifting mereka.
Seperti diketahui, harga minyak dunia cukup lama berada di posisi US$100 per barel dan harga rata-rata hingga 2023 diperkirakan masih di atas US$80 per barel. Tren itu juga diikuti dengan harga gas global yang mengalami peningkatan yang signifikan hingga di atas US$25 per MMBTU. Adapun, harga spot LNG saat ini berada di kisaran US$43 per MMBTU atau setara US$240 per barel setara minyak.
“Tingginya harga minyak dan gas dunia adalah kesempatan emas untuk KKKS dapat meningkatkan produksi dan lifting migas nasional yang saat ini masih jauh dari target APBN 2022 dan Long Term Plan (LTP) Industri Hulu Migas, sehingga perlu adanya program recovery plan,” ujarnya.