Bisnis.com, JAKARTA - Pasar perumahan di Hong Kong mengalami tren penurunan hingga mencapai level terendah sejak tahun 2017. Padahal, selama ini Hong Kong dikenal sebagai negara dengan nilai properti termahal di dunia.
Merujuk pada laporan Global Living di tahun 2019 Hong Kong memiliki rata-rata harga rumah tertinggi lebih dari US$1,2 juta. Peningkatan harga didorong dengan tingginya permintaan properti di kota tersebut.
Namun, berdasarkan laporan Knight Frank pasar perumahan di Hong Kong melambat sepanjang Juni 2022. Hal ini ditandai dengan penurunan transaksi jual beli rumah hingga 22,2 persen.
Di semester I/2022, penjualan rumah di Hong Kong hanya tercatat sebesar HKD3,7 miliar atau sekitar Rp6,9 triliun. Angka tersebut menurun 52 persen dari pendapatan pada semester II tahun 2021.
Dikutip dari Bloomberg, Senin (19/9/2022) harga di pasar perumahan termahal di dunia akan turun ke level terendah karena melonjaknya biaya pinjaman yang menghalangi pembeli.
Analis BI Patrick Wong dan Francis Chan memproyeksi suku bunga hipotek mungkin melonjak ke level tertinggi sejak 2008, seiring dengan kenaikan suku bunga AS. Namun, Bloomberg Intelligence memperkirakan pasar sekunder akan mencatat tonggak sejarah pada kuartal berikutnya.
Jumlah penduduk dan ekonomi yang melemah juga membuat sentimen di pasar perumahan Hong Kong menjadi yang terburuk dalam beberapa tahun. Namun, menurut agen properti, kenaikan suku bunga yang paling mengubah dinamika antara pembeli dan penjual.
"Kami telah melihat setidaknya 20 persen pembeli potensial memutuskan untuk menyewa tempat untuk saat ini karena beban mengambil hipotek lebih besar. Jadi mereka bisa menunggu," kata Casey Ho, Chief Senior Sales Manager di Midland Realty, dikutip dari Bloomberg.
Casey Ho mengungkap pengalamannya sebelum terjadi penurunan. Dulu, dia dapat menjual apartemen hanya dalam waktu satu atau dua bulan, tetapi sekarang, pengembang bahkan harus menunggu selama setahun tanpa tawaran apapun.
Di sisi lain, beberapa penjual harus memangkas harga setidaknya 10 persen untuk mencapai kesepakatan. Menurut indeks Properti Centaline, nilai rumah bekas di kota itu telah turun 6,9 persen tahun ini.
Analis memperkirakan harga akan terus menurun selama beberapa tahun ke depan. Goldman Sachs Group Inc. mengatakan pada bulan Maret bahwa harga rumah di Hong Kong akan turun 20 persen pada tahun 2025.
Meskipun prospeknya suram, pengusaha properti di Hong Kong meyakini pasar properti tidak akan menghadapi kehancuran seperti yang dialaminya pada tahun 1997.
Kepala Wakil Presiden Konsultan Hipotek Referral Mortgage Brokerage Services Eric Tso, menuturkan meski biaya pinjaman meningkat, tapi masih tetap jauh lebih rendah dari 1997. Suku bunga hipotek saat itu berkisar 9 persen dan 12 persen atau lebih tinggi jika dibandingkan saat ini 2,5 persen.
Hal senada dikatakan oleh agen properti Centaline Property Agency Ltd. Joe Wu yang mengatakan pasar akan membaik setelah pembeli terbiasa dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
“Ada terlalu banyak daya beli yang terakumulasi di pasar. Mereka yang ingin beremigrasi sudah melakukannya. Saya pikir pasar akan menjadi lebih baik dalam waktu beberapa bulan," ungkapnya.