Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian mengapresiasi khasiat pupuk organik cair milik Sido Muncul Pupuk Nusantara (SMPN) yang terbukti mampu menaikkan hasil panen padi dari para petani di lahan pertanian di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Hal tersebut disampaikan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian (Irjen Kementan), Jan Samuel Maringka lantaran telah membuktikan langsung saat melakukan pengawasan on the spot hasil panen padi kabupaten di wilayah Solo Raya tersebut.
Pihaknya sengaja melakukan pengecekan di RT 003/RW 002, Dukuh Bangun Asri Desa Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo pada Senin (12/9) karena ingin memastikan kebenaran hasil ubinan yang berada di atas rata-rata.
Jan Samuel Maringka mengatakan bahwa hasil ubinan menunjukkan adanya selisih kenaikan 26% untuk tanaman yang menggunakan pupuk organik cair milik SidoMuncul ini.
“Kami melihat ada keberhasilan di sini. Kami juga membawa kementerian untuk menguji bahwa ini adalah laporan sebenarnya. Kemudian nanti akan kami kembangkan, kami sampaikan kepada pimpinan,” jelasnya seperti keterangan yang dikutip, Kamis (15/9).
Dirinya memastikan ubinan padi yang dilakukan secara bersama atas kolaborasi dari Pemda Sukoharjo, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan Sido Muncul Pupuk Nusantara, sesuai dengan yang dilaporkan oleh tim pihak-pihak tersebut.
Baca Juga
Ubinan adalah salah satu cara memprediksi jumlah produksi padi yang masih ada di lahan melalui penentuan sampel, pengukuran, dan penimbangan.
"Hasil laporan yang saya terima dan saya juga cek ke lapangan menunjukkan hasil panen mampu mencapai 9,5 ton/hektare, 10 ton/hektare hingga 11 ton/hektare. Ini menunjukkan angka di atas rata-rata setelah penggunaan pupuk organik tersebut," ujarnya.
Dia menjelaskan, bahwa pupuk yang diolah tersebut berasal dari limbah jamu. Menurutnya kalau memang berhasil di wilayah Sukoharjo, bukan tidak mungkin akan kami kembangkan di berbagai wilayah lain.
“Mengingat apa yang dilakukan kita ini adalah upaya menghadapi krisis pangan dunia melalui pengadaan teknologi pertanian. Kami lihat di Indonesia penghasil beras terbesar di Jawa Tengah dan tingkat efisiensi memang di Sukoharjo adalah nomor satu sebagai penghasil beras di Jawa Tengah. Kami base on practice saja mana yang terbaik itu yang akan kami ikuti,” terangnya.
Sementara itu salah satu petani di Kabupaten Sukoharjo, Sukirno berharap pendampingan dari SMPN tidak berhenti di sini saja. Kirno, panggilan pria paruh baya ini juga berharap aspirasi dan kesulitan petani terkait pengadaan pupuk bisa direspon dan direkomendasikan oleh Irjen Kementan melalui optimalisasi lahan atau program lain.
“Kami selaku petani memang berusaha bagaimana kemandirian petani bisa terwujud agar tidak selalu bergantung pada pupuk-pupuk kimia, termasuk pupuk subsidi. Tentu kami dari kaum petani ke depan bisa mandiri, misalnya dari hasil pertanian yang kita garap per hektare kurang lebih bisa dapat 9 ton. Semoga ikhtiar ini bisa dikerjasamakan dengan pihak-pihak yang memberikan satu dukungan kepada para petani seperti kita ini untuk bisa menjaga ketahanan pangan bangsa,” tandas Kirno.
Management Representative Sido Muncul Pupuk Nusantara, Rafael Armen, menyebut kenaikan selisih panen berkisar 1,71 ton per hektare usai penggunaan pupuk organik cair.
“Kami laporkan hasil ubinan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan dari Balai Pelatihan Pertanian (BPP), Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan petani, hasil sebesar 8,2 ton per hektare untuk demplot yang menggunakan pupuk organik cair. Sedangkan yang tidak memakai pupuk organik cair bobot ubinnya 6,49 ton/hektare, sehingga selisihnya 1,71 ton/hectare,” ujarnya.