Bisnis.com, JAKARTA - Pemegang merek fashion Zara, Inditex SA, melaporkan penjualan dan laba semester pertama yang lebih baik dari perkiraan, di tengah lonjakan inflasi global.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (14/9/2022), laba sebelum bunga dan pajak, naik menjadi 2,43 miliar euro atau Rp36,1 triliun (kurs Rp14,896) dalam enam bulan hingga Juli. Sementara itu, perkiraan rata-rata analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan laba 2,36 miliar euro.
Sementara itu, pendapatan semester pertama mencapai 14,8 miliar euro, naik 25 persen (year-on-year/yoy) dan juga melampaui ekspektasi analis. Dalam enam pekan pertama kuartal ketiga, pendapatan Inditex meningkat 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Grup fast fashion terbesar di dunia yang menaungi merek Zara Home, Massimo Dutti, Bershka, Oysho, Pull&Bear, Stradivarius, Uterqüe, dan Lefties, telah mendorong pelanggannya untuk berbelanja sementara inflasi telah mendorong harga naik di banyak pasar yang lebih besar.
Data yang dikumpulkan oleh UBS dari ribuan situs web di 20 wilayah menunjukkan bahwa harga rata-rata item pakaian Zara naik 12,2 persen pada Juli dibandingkan tahun lalu (yoy). Ini lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing Hennes & Mauritz AB yang meningkat 5,6 persen.
Menurut seorang analis di Societe Generale, Anne Critchlow, perusahaan yang mengunggulkan gerai Zara, dengan cerdik menerapkan ke harga produk sehingga mereka tidak mengalami masalah ekonomi yang signifikan.
Baca Juga
“Jelas bahwa Inditex berhasil meneruskan inflasi harga input secara selektif dan tidak mengalami kesulitan yang signifikan melalui margin kotor,” kata Critchlow, dikutip dari Bloomberg pada Rabu (14/9/2022).
Margin kotor produsen pakaian yang berbasis di Arteixo, Galicia, Spanyol mencapai level tertinggi tujuh tahun di semester pertama dan Inditex memperkirakan akan stabil selama setahun penuh.
Raksasa tekstil ini memiliki struktur biaya dan rantai pasokan yang berbeda dari pesaingnya, dengan sekitar setengah dari produknya bersumber dari pasar lokal, seperti Spanyol, Maroko, Portugal, dan Turki.
Pendapatan dalam mata uang dolar juga melonjak karena penjualan di Amerika Serikat (AS), pasar terbesar kedua tahun lalu, telah menguat. Dolar AS menguat ke level tertinggi 20 tahun terhadap euro bulan ini.
Inditex mengungkapkan peralihan mata uang akan meningkatkan penjualan sebesar 0,5 persen tahun fiskal ini dan menegaskan kembali bahwa pendapatan online akan mencapai lebih dari 30 persen dari total penjualan pada 2024.