Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa situasi perekonomian global saat ini berada dalam posisi yang sulit, bahkan menjadi lebih rumit dikarenakan ada potensi penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat di negara maju.
Di samping itu, harga energi juga masih akan sangat fluktuatif dan tidak pasti akibat perang Rusia dan Ukraina yang terus berlangsung.
“Kita tahu bahwa situasi global tidak akan mudah. Ini akan menjadi jauh lebih rumit dengan potensi kenaikan suku bunga oleh the Fed dan ECB [European Central Bank], yang akan diikuti oleh kemungkinan resesi dalam kasus ini,” katanya dalam webinar Recovery and Resilience: Spotlight on Asean Business, Senin (12/9/2022).
Sri Mulyani menyampaikan, tekanan harga pangan dan energi memberikan dampak yang cukup berat bagi banyak negara, termasuk di indonesia.
Berdasarkan data terbaru, tingkat inflasi Indonesia pada Agustus 2022 tercatat sebesar 4,6 persen secara tahunan, menurun dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya yang mencapai 4,9 persen.
Inflasi terutama bersumber dari komponen harga bergejolak (volatile food). Namun, inflasi pada komponen inti yang didorong oleh permintaan kata Sri Mulyani masih cukup terjaga pada level 3 persen.
Baca Juga
Sementara pada harga energi, pemerintah telah menaikkan harga BBM jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax. Di satu sisi kenaikan harga BBM tersebut akan mengurangi tekanan pada APBN. Namun, di sisi lain, hal ini akan meningkatkan inflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices).
“Jadi kita pastikan dulu kalau isunya dari sisi supply, kita akan selesaikan dari sisi supply, tentunya Bank Indonesia sebagai otoritas di sisi moneter juga harus menetapkan kebijakan yang akan diambil sehingga dapat dapat mengelola ekspektasi inflasi serta stabilitas rupiah dan dalam hal ini,” kata dia.
Sri Mulyani melanjutkan, dari sisi nilai tukar, rupiah mencatatkan depresiasi sekitar 4,5 persen, relatif lebih baik dibandingkan dengan negara lainnya.
Hal ini dikarenakan oleh sisi eksternal Indonesia yang masih cukup kuat menahan gejolak global, tercermin dari kinerja neraca pembayaran Indonesia yang cukup baik. Neraca perdagangan Indonesia pun mencatatkan surplus selama 27 bulan beruntun.
Dia menambahkan ke depan, ketidakpastian di tingkat global masih akan tinggi, termasuk harga minyak. Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan, salah satu fokus dari kebijakan pemerintah yaitu melindungi daya beli masyarakat dan mendorong momentum pemulihan ekonomi.