Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF & China Bailout Negara-Negara Berkembang, Optimisme Investor Kembali?

Dalam dua pekan terakhir, IMF telah menjalin sejumlah perjanjian pinjaman dengan negara-negara rentan seperti Pakistan, Sri Lanka, Zambia, Mesir dan Chili.
Presiden Jokowi menerima kunjungan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (17/8/2022). Dok. BPMI Setpres/Muchlis Jrrn
Presiden Jokowi menerima kunjungan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (17/8/2022). Dok. BPMI Setpres/Muchlis Jrrn

Bisnis.com, JAKARTA – Langkah Dana Moneter Internasional (IMF) dan China bergerak menggelontorkan dana talangan ke negara berkembang untuk mencegah gagal bayar utang diperkirakan menjadi sinyal optimisme bagi investor.

Dilansir Bloomberg pada Senin (12/9/2022), dalam dua pekan terakhir, IMF telah menjalin sejumlah perjanjian pinjaman dengan negara-negara rentan seperti Pakistan, Sri Lanka, Zambia, Mesir dan Chili.

Sementara itu, China memutuskan menawarkan keringanan utang, dengan mengatakan akan menghapus kewajiban 17 negara Afrika dan mengalihkan cadangan IMF sendiri ke bantuan untuk benua tersebut.

Meskipun sejumlah negara masih menunggu, dengan perdana menteri Ukraina pada hari Sabtu mengkritik lambatnya IMF menyetujui paket bantuan, dana talangan atau bailout ini berpotensi menyelamatkan negara-negara miskin dari gelombang default utang.

Rencana dari IMF dan China ini membuat investor menyesuaikan pandangan bearish-nya menjadi lebih netral.aset berisiko dengan hati-hati.

Kepala strategi makro dan investasi Asia BNY Mellon Investment Management Aninda Mitra mengatakan obligasi pemnerintah negara emerging market kembali rebound karena IMF terlihat semakin responsif terhadap kesulitan yang dihadapi oleh negara.

"Hal ini membantu beberapa investor menjadi lebih netral di pasar negara berkembang dari pandangan yang sangat bearish," ungkap Mitra.

Aksi jual surat utang berdenominasi dolar AS di negara emerging market berkembang begitu tajam sehingga mengimbangi kerugian selama krisis keuangan 2008. Indeks obligasi Bloomberg telah merosot lebih dari 16 persen menuju tahun terburuk dalam catatan.

Sebanyak 10 obligasi yang melemah berasal dari negara yang telah gagal atau sedang berjuang untuk membayar utang, termasuk Sri Lanka, Pakistan, Lebanon, Ghana dan Belarus.

Tapi sejak pertengahan Juli, optimismengurangi cengkeramannya. Indeks acuan telah naik 2,9 persen, sementara data JPMorgan Chase & Co. menunjukkan imbal hasil tambahan pada surat utang negara atas Treasuries telah turun 102 basis poin dari level tertinggi dua tahun di 593 basis poin.

Indeks yang melacak aliran modal ke pasar emerging market telah meningkat lebih dari 4 persen.

Dukungan bilateral juga membantu meredakan kekhawatiran negara-negara tersebut default. India telah memberikan miliaran bantuan darurat ke Sri Lanka, sementara Pakistan telah menerima investasi dan pinjaman US$9 miliar dari Timur Tengah. Mesir juga mendapatkan lebih dari $22 miliar dari sekutunya di Teluk Persia.

Sementara itu, China mengatakan akan menghapus total 23 pinjaman bebas bunga ke negara-negara Afrika dan mengalihkan cadangan IMF senilai US$10 miliar. China menyumbang hampir 40 persen dari utang bilateral dan kreditor swasta yang harus dipenuhi oleh negara-negara termiskin di dunia tahun ini, menurut Bank Dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper