Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi dunia saat ini tengah berada pada posisi yang tidak mudah. Lembaga terkemuka seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meramal ekonomi global tahun depan akan gelap gulita.
Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya saat menghadiri Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD) 2022 di Sentul, Bogor, Jawa Barat pada Jumat lalu (5/8/2022).
Dalam pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, lembaga-lembaga internasional dan kepala negara G7, Jokowi sempat mempertanyakan arah ekonomi dunia saat ini.
"Beliau-beliau menyampaikan 'Presiden Jokowi, tahun ini kita akan sangat sulit.' Terus kemudian seperti apa? 'Tahun depan, akan gelap.' Ini bukan Indonesia, ini dunia. Semua negara sekarang ini berada pada keadaan yang tidak mudah," katanya.
Lebih lanjut dia menuturkan, lembaga terkemuka seperti PBB, IMF, hingga Bank Dunia menyampaikan bahwa ada 60 negara yang akan ambruk ekonominya akbat ketidakpastian situasi global.
"Sekarang sudah mulai satu per satu angkanya adalah 9 terlebih dahulu kemudian 25 kemudian 42 mereka sudah secara detail mengkalkulasi," ungkapnya.
Bahkan, kata Jokowi, 320 juta orang di dunia sudah berada pada posisi menderita kelaparan akut dan sebagian orang sudah mulai kelaparan.
Dia menegaskan informasi yang disampaikannya tersebut adalah apa adanya lantaran posisi pertumbuhan ekonomi di semua negara tidak hanya turun, namun anjlok.
"Posisi pertumbuhan ekonomi semuanya bukan hanya turun tapi anjlok semuanya. Turun semuanya. Singapura, Eropa, Australia semuanya. Pertumbuhan ekonominya turun tapi inflasinya naik, harga-harga barang semuanya naik. Inilah kondisi yang sangat kalau boleh saya sampaikan dunia sekarang sudah pada kondisi yang mengerikan," ungkapnya.
IMF dalam laporan World Economic Outlook edisi April memprediksi ekonomi global akan semakin suram pada 2022 lantaran munculnya berbagai risiko akibat inflasi global, pengetatan aturan Covid-19 hingga perang Rusia vs Ukraina.
Lembaga internasional tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global kemungkinan akan melambat menjadi 3,2 persen pada 2022. Proyeksi tersebut turun dari perkiraan IMF pada April sebesar 3,6 persen dan 4,4 persen pada Januari.
Mereka juga mencatat, tingkat inflasi global telah direvisi naik, seiring meningkatnya harga makanan dan energi serta pasokan-permintaan yang masih tidak seimbang.
Adapun, inflasi global diperkirakan akan mencapai 6,6 persen di negara maju dan 9,5 persen di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang tahun ini.