Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia selama semester I/2022 terus menunjukkan tren positif. Namun demikian, tren tersebut belum tentu terulang karena laju ekonomi dalam dua kuartal terakhir ditopang oleh sektor komoditas.
Tingginya sektor kontribusi komoditas tercermin dari struktur produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal terakhir 2022.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa selama dua kuartal terakhir, kontribusi ekspor terhadap PDB naik cukup signifikan. Pada kuartal I/2022 ekspor menyumbang 23,19 persen. Angka ini bertambah menjadi 24,68 persen pada kuartal selanjutnya.
Padahal, rata-rata tahun sebelumnya, kontribusi ekspor ke PDB hanya di kisaran angka 18 - 20 persen dari produk domestik bruto. Naiknya kontribusi ekspor terhadap PDB adalah imbas dari kinerja moncer ekspor pertambangan.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengakui tingginya kontribusi ekspor dalam struktur PDB kuartal I/2022 maupun kuartal II/2022 disebabkan oleh windfall kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global.
Meski demikian, menurut Suahasil, hal itu tidak masalah jika proporsinya bergeser dari konsumsi ke ekspor barang dan jasa.
Baca Juga
"Ya, memang ekspornya lagi tinggi banget," ujarnya di gedung DPR RI beberapa waktu silam.
Kendati demikian, dia mengatakan kenaikan kontribusi ekspor ke PDB itu bukannya tanpa risiko. Data BPS, lanjutnya, menunjukkan bahwa tingginya ekspor menggerus kontribusi dua sektor utama yakni konsumsi dan pembentukan modal tetap bruto atau PMTB.
Kontribusi konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2022 tercatat sebesar 53,65 persen sementara di kuartal II/2022 turun menjadi 51,47 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi juga tercatat menurun pada kuartal II/2022 yakni 27,31 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat sebesar 30,44 persen.
Risiko pertumbuhan ekonomi terkoreksi juga semakin besar karena tren inflasi tinggi dan keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak alias BBM. Kombinasi dua hal ini berpotensi menggerus kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto.
Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi APINDO Ajib Hamdani mengatakan daya beli atau konsumsi menjadi kunci. Pertumbuhan ekonomi bisa saja konsisten di atas 5 persen jika pemerintah terus menjaga daya beli masyarakat.
Sementara untuk investasi dimana kontribusinya mengalami penurunan, pemerintah perlu terus mendorong regulasi-regulasi yang business friendly agar realisasi investasi bisa mencapai target yakni sebesar Rp1.200 triliun hingga akhir 2022.
Dihubungi terpisah, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai jika dikaitkan dengan rapor perekonomian secara keseluruhan, kontribusi ekspor meskipun meningkat namun relatif masih dibawah kontribusi konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Meskipun rapor perekonomian kedepannya masih dipengaruhi oleh ekspor, namun akan lebih banyak digerakkan oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi," ujarnya kepada Bisnis.
Yusuf memprediksi faktor pendorong terutama konsumsi rumah tangga dan investasi, paling mungkin akan terjadi di kuartal IV/2022.
Hal itu dengan catatan pemerintah melakukan penyesuaian bantuan mengikuti kondisi inflasi yang terjadi.
"Artinya ketika inflasinya ternyata relatif tinggi, pemerintah melakukan penyesuaian penyaluran bantuan dari kondisi penyaluran bantuan yang dicanangkan pemerintah saat ini,” katanya.
Kontribusi Kontribusi Rumah Tangga ke PDB RI (%) | |||
---|---|---|---|
Kuartal I Kuartal II | |||
Tahun | Realisasi (%) | Tahun | Realisasi (%) |
2018 | 56,74 | 2018 | 55,23 |
2019 | 56,81 | 2019 | 55,79 |
2020 | 58,13 | 2020 | 57,84 |
2021 | 57,91 | 2021 | 55,07 |
2022 | 53,65 | 2022 | 51,47 |
Kontribusi Investasi (PMTB) ke PDB RI (%) | |||
---|---|---|---|
Kuartal I Kuartal II | |||
Tahun | Realisasi (%) | Tahun | Realisasi (%) |
2018 | 32,07 | 2018 | 31,13 |
2019 | 32,15 | 2019 | 31,25 |
2020 | 31,86 | 2020 | 30,61 |
2021 | 31,97 | 2021 | 29,86 |
2022 | 30,44 | 2022 | 27,31 |
Sumber: BPS RI, diolah