Bisnis.com, JAKARTA - Delegasi B20 dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia yang dipimpin Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani menggelar rangkaian kunjungan ke Turki, Senin (5/9/2022). Kunjungan ini merupakan bagian dalam rangkaian B20 sebagai forum bisnis negara anggota G20 dalam kerangka Presidensi G20 Indonesia 2022.
Roadshow delegasi B20 Indonesia ini berupaya untuk menyampaikan mengenai tujuan Presidensi B20-G20 Indonesia dan bagaimana peran bisnis Indonesia dalam memulihkan serta menggerakkan perekonomian global. Pada kesempatan ini, delegasi bertemu dengan beberapa perwakilan korporasi dan asosiasi bisnis di Turki.
Shinta mengatakan, misi penting yang dibawa delegasi Indonesia dalam lawatannya ke Turki yakni mempromosikan Presidensi B20 Indonesia dan mengundang pebisnis dan perwakilan pemerintah Turki dalam KTT B20 di Bali bulan November nanti.
Lebih lanjut, Shinta mengatakan kunjungan ini juga berupaya meningkatkan lebih banyak kerja sama perdagangan dan investasi bilateral, menjajaki kemitraan ekonomi baru dengan bisnis Eropa dan mengidentifikasi mitra utama untuk berinvestasi di Indonesia.
Pada rangkaian jamuan bisnis pertama, delegasi bertemu dengan Sinan Cin, Managing Partner BD4ASIA dan Executive Board Member Turkish Indonesian Business Council (DEIK). Pertemuan ini mewakili Turki ENKA yang bergerak di bidang pengembangan real estate.
DEIK sendiri telah berdiri sejak tahun 1995 di bawah payung Turkiye-Asia Pacific Business Councils. Di tahun 2019, DEIK menggelar Forum Bisnis Indonesia-Turki yang menekankan pentingnya Turki sebagai negara sumber komoditas berkualitas tinggi. Dalam pertemuan ini, Shinta mengusulkan Business Services Desk KADIN Indonesia untuk membantu riset pasar dan merekomendasikan sejumlah perusahaan terpilih di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk bekerja sama dengan DEIK.
Selanjutnya, delegasi kemudian mengadakan pertemuan dengan Ebru Dicle, Sekretaris Jenderal TUSIAD, yang merupakan asosiasi para pengusaha di Turki dan dilanjutkan makan siang di kantor Karpowership (Karadeniz Holding), perusahaan terkemuka dunia di sektor energi yang beroperasi di 20 negara termasuk Indonesia. Pertemuan ini dipandu oleh Mr Doğan Karadeniz yang merupakan member B20 Energy, Sustainabiltiy & Climate (ESC) Task Force.
Di Asia Tenggara, Indonesia adalah proyek pertama Karpowership. Pada tahun 2015 dan 2016, Karpowership menandatangani lima kontrak dengan PT PLN Persero untuk membangun pembangkit listrik dengan total 1.000 MW untuk jangka waktu 5 tahun. Melalui pembangkit ini, Karpowership telah memasok 30% kebutuhan listrik Sulut, 55% Nusa Tenggara Timur 80% Ambon, serta 10% total kebutuhan listrik Medan.
Selepas itu, agenda dilanjutkan dengan pertemuan bisnis bersama Sekib Avdagic, Presiden Istanbul Chamber of Commerce (ITO). Hampir semua perusahaan besar Turki berlokasi di Istanbul dan menjadi anggota ITO. Delegasi kemudian melanjutkan pertemuan dengan Rıfat Hisarcıklıoğlu, President of TOBB yang merupakan mitra kerja sama dengan KADIN Indonesia. Terakhir, delegasi mengadakan makan malam dan dialog bisnis dengan Presiden Kale Group, Zeynep Bodur Okyay di kediamannya.
Pertemuan delegasi B20-KADIN Indonesia dengan Rıfat Hisarcıklıoğlu, President of TOBB sangat penting bagi kedua belah pihak. KADIN Indonesia dan TOBB berkomitmen akan memperkuat kerja sama satu sama lain demi meningkatkan perdagangan, bisnis komersial dan investasi antara kedua negara.
Menurut Shinta, Indonesia dan Turki memiliki tradisi hubungan diplomatik yang panjang dan erat. Tradisi ini akan semakin menguatkan hubungan ekonomi bisnis, di mana banyak potensi dan peluang di masing-masing negara bisa dimanfaatkan oleh KADIN Indonesia dan TOBB untuk meningkatkan perdagangan dan investasi.
"Kami juga membahas gagasan untuk membuat forum bersama untuk mengidentifikasi sektor-sektor strategis serta para aktor kunci, dengan tujuan memaksimalkan kerja sama yang dapat dikembangkan antara Indonesia dan Turki," tambah Shinta.
Optimalisasi potensi bisnis di kedua negara, mulai dari komoditas, mineral, energi baru terbarukan, digitalisasi melalui kerja sama antara perusahaan Indonesia dan Turki memang menjadi fokus dalam pertemuan tersebut. Kerja sama ini, kata Shinta, akan mempererat hubungan strategis bilateral kedua negara. Terlebih lagi, bagi Indonesia, Turki memiliki lokasi strategis sebagai pintu masuk ke Eropa dan Asia Tengah.
“KADIN Indonesia dan TOBB juga akan meningkatkan layanan penunjang untuk kepentingan kerjasama investasi, terutama mengenai data dan informasi yang dibutuhkan untuk proyek-proyek atau industri strategis sesuai standar dan peraturan di masing-masing negara. Selain itu, delegasi juga berterima kasih atas dukungan dari TOBB yang sangat besar bagi B20 Indonesia, khususnya melalui keterlibatan dalam IAC B20,” ujar Shinta.
Best Practice EBT dari Turki
Seperti diketahui, volume perdagangan antara Turki dan Indonesia mencapai sekitar $1,5 miliar. Angka ini jauh di bawah potensi yang dapat digali jika melihat total populasi kedua negara yang berjumlah 350 juta jiwa.
“Indonesia dan Turki sepakat untuk melanjutkan negosiasi Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA). IT-CEPA berpotensi meningkatkan perdagangan bilateral Indonesia-Turki. Pertemuan ini juga merupakan bagian dari upaya B20 dan KADIN Indonesia untuk mempercepat dan mendukung proses negosiasi,” jelasnya, Selasa (6/9/2022).
Menurut Shinta, perekonomian Turki maupun Indonesia memiliki tren yang terus bertumbuh, terutama dengan kehadiran teknologi digital. Beberapa sektor, baik industri dan jasa di kedua negara terus berkembang pesat dengan mengadopsi digitalisasi. Memiliki populasi muda yang cukup besar, lanjut Shinta, Turki dan Indonesia, memiliki potensi untuk menjadi bagian dari revolusi dan transformasi digital yang sedang berlangsung.
“Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan diproyeksikan menjadi salah satu dari sepuluh ekonomi global teratas pada tahun 2030. Populasi Indonesia yang dinamis, pertumbuhan kelas menengah, dan potensi ekonomi yang kuat menjadi dasar yang kokoh untuk mengembangkan lebih lanjut hubungan perdagangan bilateral antara Indonesia dan Turki,” jelas Shinta.
Selain itu, Indonesia pun dapat belajar banyak dari konsep Public Private Partnership (PPP) Turki yang telah menjadi rujukan dunia. Banyak proyek besar di Turki berhasil dilakukan melalui model PPP dan perusahaan konstruksi Turki berada di urutan kedua dunia setelah perusahaan China.
Terkait dengan agenda ekonomi hijau dan berkelanjutan, Shinta mengatakan Turki merupakan salah satu negara terdepan yang perlu diteladani. Saat ini, Turki menempati posisi ke-12 di dunia dan kelima di Eropa dalam hal kapasitas terpasangnya dalam energi terbarukan. Turki bahkan menempati urutan pertama di Eropa dalam kapasitas terpasang panas bumi dan kedua di Eropa dalam kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air.
Alhasil, 54% daya listrik terpasang di negara ini terdiri dari energi terbarukan, sementara 97% pembangkit listrik yang dibangun tahun lalu dengan kapasitas 3,5 gigawatt didukung oleh sumber terbarukan. Melalui skema ini, 100 juta ton emisi gas rumah kaca per tahun dapat dihindari. Turki meratifikasi Perjanjian Paris dan menyatakan target emisi nol bersihnya di tahun 2053.
“Energi terbarukan menjadi salah satu strategi bagi Turki untuk mengurangi defisit neraca berjalannya, mendukung industri dan lapangan kerja lokal, serta menarik investasi asing jangka panjang. Hal ini tentunya harus kita pelajari, terutama soal bagaimana Turki mengelola aspek pembiayaan untuk mendukung transisi energi dan pengembangan energi terbarukan,” jelas Shinta yang juga CEO Sintesa Group ini.