Bisnis.com, JAKARTA - Pengemudi ojek online atau ojol berencana melakukan aksi demo penolakan harga BBM naik dan penurunan besaran potongan sewa aplikasi pada pekan depan.
Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) mengatakan rencana tersebut masih akan digodok sampai jelang akhir pekan ini. Rencana tersebut menyusul adanya penaikan harga BBM subsidi, khususnya Pertalite, yang naik dari harga Rp7.650 per liter ke Rp10.000 per liter.
"[Rencana demonstrasi] tanggal 13 [September] bersama Gerakan Buruh Bersama Rakyat di Istana," ujar Ketua SPAI Lily Pujiati, Senin (5/9/2022).
Kenaikan harga Pertalite, terang Lily, semakin menggerus pendapatan pengemudi ojol apalagi dengan besaran biaya sewa aplikasi sebesar 20 persen.
"Bahkan banyak kasus terjadi pemotongan melebihi 20 persen," ujar Lily.
Untuk itu, SPAI akan menuntut tiga hal saat melakukan demonstrasi yang direncanakan pada pekan depan, yaitu: menurunkan potongan biaya sewa aplikasi menjadi maksimal 10 persen; pengakuan pengemudi sebagai pekerja (bukan mitra); dan menolak penaikan harga BBM.
Baca Juga
Adapun, setelah dua hari penaikan harga Pertalite, solar, dan Pertamax, tarif ojol terpantau belum naik. Artinya, biaya operasional yang saat ini lebih tinggi karena harga BBM masih diakomodasi dengan tarif yang sama.
Berdasarkan pantauan Bisnis.com pada dua aplikasi ride-hailing yakni Gojek dan Grab, tarif minimal berdasarkan jarak terdekat masih sama dengan sebelum adanya penaikan harga BBM. Contohnya, tarif Gojek dan Grab di DKI Jakarta untuk jarak di bawah 1 kilometer sampai dengan di bawah 3 kilometer yakni Rp14.000.
Di sisi lain, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan bahwa sore ini akan mengumumkan keputusan soal penaikan tarif ojol menyusul penaikan harga BBM.
Sebelumnya, kebijakan tarif baru ojol sudah tertuang pada Keputusan Menteri Perhubungan No. 564/2022 per 4 Agustus, namun ditunda penerapannya sampai dengan saat ini.
"Sore ini akan ada rilis pernyataan resmi dari Kemenhub soal hal itu," ujar Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati, Senin (5/9/2022).