Bisnis com, JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedang menyiapkan agar PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) bisa menambah kapasitas pesawatnya supaya tarif tiket pesawat menjadi lebih stabil pada periode peak atau puncak.
Namun, sebelum rencana tersebut terealisasikan, Kementerian BUMN lebih dulu mendorong maskapai menjual tiket dengan harga murah pada periode Senin-Kamis siang yang biasanya memiliki tingkat keterisian rendah.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyebut rencana penambahan pesawat tersebut sebagai rencana jangka menengah agar kepemilikan pesawat Garuda Group (Garuda Indonesia dan Citilink) bisa menjadi setidaknya sebanyak 120 pesawat pada akhir tahun ini. Baik GIAA maupun anak usahanya Citilink masing-masing pada akhir tahun ini mengoperasikan sebanyak 60 pesawat.
Harapannya, dengan semakin bertambahnya jumlah pesawat dan frekuensi penerbangan, maka harga tiket pesawat pada hari sibuk bisa kembali stabil.
"Jadi dalam proses pengadaan pesawat itu, kami sedang menunggu Penerimaan Modal Negara [PMN]cair. Karena belum cair, kami sedang ada bridging dari Perusahaan Pengelolaan Aset senilai US$50 juta," ujarnya, Minggu (28/8/2022).
Rencananya, lanjutnya, bridging dana dari PPA sebelum PMN cair tersebut digunakan untuk mulai mereparasi dan mendatangkan pesawat yang sedang saat ini sedang direstorasi di bengkel pesawat (Maintenance Repair Overhaul/MRO).
Baca Juga
Tiko memaparkan saat ini di pusat MRO Garuda yakni Garuda Maintenance Facility AeroAsia atau GMF masih terdapat banyak pesawat reparasi karena setelah 2 tahun pandemi.
"Ini kami speed up MRO-nya bertahap nanti agar 60 pesawat milik Garuda Indonesia bisa operasional semua akhir tahun untuk periode peak," tekannya.
Sementara itu, Direktur Utama PPA Yadi Jaya Ruchandi mengatakan mendukung rencana ekspansi Garuda Indonesia untuk pemenuhan kecukupan jumlah pesawat.
"Kami optimistis terhadap prospek usaha Garuda Indonesia seiring dengan tingginya permintaan pasar domestik pascapandemi," katanya.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra juga menilai jalinan kerja sama dengan PPA ini untuk menunjang optimalisasi program restorasi jumlah pesawat guna mengakselerasikan langkah pemulihan kinerja serta memenuhi kebutuhan aksesibilitas penerbangan yang semakin meningkat pasca diberlakukannya relaksasi mobilitas masyarakat di masa pandemi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang pesawat penerbangan domestik di lima bandara utama Indonesia (Soekarno-Hatta, Juanda, Ngurah Rai, Hasanudin, Polonia) pada semester I/2022 mencapai 13,6 juta penumpang atau meningkat 77 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 sebanyak 7,7 juta penumpang. Meningkatnya mobilitas masyarakat di Indonesia mendorong adanya kebutuhan penambahan moda transportasi udara, tidak terkecuali bagi Garuda Indonesia.
“Hal tersebut yang terus kami intensifkan melalui upaya kami untuk meningkatkan ketersediaan alat produksi," imbuhnya.