Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Dampak Suku Bunga terhadap Industri TPT Minim, Kok Bisa?

Perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) sedang mengurangi produksi dan tidak banyak membutuhkan utang.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) diprediksi tidak banyak terdampak oleh kenaikan suku bunga. Penyebabnya sederhana saja: perusahaan-perusahaan di sektor ini tidak akan menambah banyak utang dalam beberapa waktu ke depan, seiring adanya tren pengurangan produksi.

Penurunan produksi sendiri terjadi bukan tanpa sebab. Menurut Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta,pelaku industri TPT di Tanah Air tidak banyak memproduksi produk tambahan karena masih banyak stok barang lama yang belum terjual.

"Menurut data APSyFI, pengurangan produksi di industri TPT nasional di kisaran 7-10 persen dalam kurun 1 bulan terakhir," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (28/8/2022).

Redma mengungkapkan banyaknya stok yang belum terjual seiring dengan kian masifnya jumlah barang dari luar sejak dibukanya keran impor oleh Kementerian Perdagangan [Kemendag] beberapa waktu lalu.

Dalam sebulan terakhir saja, jelasnya, pangsa pasar barang impor dibandingkan dengan barang lokal di industri TPT nasional bertambah sangat pesat dari 40 persen menjadi 60 persen.

Dengan demikian, kenaikan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) dengan basis 25 poin menjadi 3,75 persen diyakini tidak akan memengaruhi lini produksi industri yang memang sedang dikurangi.

Sebagai informasi, pengurangan jumlah produksi di industri TPT dalam negeri berpotensi berlangsung hingga akhir tahun, bersamaan dengan berakhirnya izin keran impor produk asing pada Desember 2022.

Terpisah, Ketua Bidang Industri Manufaktur Apindo Johnny Darmawan mengatakan dampak kenaikan suku bunga di masing-masing sektor manufaktur akan berbeda.

Namun, di industri tertentu kenaikan suku bunga akan terefleksi ke biaya produksi perusahaan yang kemungkinan besar akan disusul dengan kenaikan harga produk akhir.

Inflasi harga produk industri manufaktur akibat dampak kenaikan suku bunga berpotensi mengurangi permintaan di pasar yang dinilai akan disusul oleh pengurangan jumlah produksi oleh pelaku industri manufaktur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper