Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Genjot Ekspor Gula Palma, Kemenperin Jalankan 5 Strategi Ini

Kemenperin bakal menjalankan 5 strategi untuk menggenjot ekspor gula palma.
Gula palma atau palm sugar./ Dok. Istimewa
Gula palma atau palm sugar./ Dok. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang menggenjot kinerja ekspor gula palma. Terdapat 5 strategi yang bakal diterapkan untuk meningkatkan ekspor komoditas yang paling banyak berasal dari Indonesia tersebut.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan pemerintah bakal menerapkan sedikitnya 5 strategi utama terkait dengan upaya tersebut.

Pertama, penerapan sistem keamanan pangan dalam bentuk pendampingan dan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP).

Kedua, program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan melalui potongan harga (reimburse) atas pembelian mesin dan/atau peralatan produksi baru. Ketiga, penerapan transformasi industri 4.0, terutama dalam hal efisiensi dan traceability.

Keempat, pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan dan revitalisasi Sentra IKM.

Kelima, peningkatan pasar ekspor dalam bentuk pendampingan digital marketing melalui platform marketplace global, fasilitasi membership pada marketplace global dan partisipasi pada pameran berskala internasional.

"Pemerintah juga mendorong kemitraan antara IKM dengan stakeholder terkait dalam rangka mendorong perluasan pasar ekspor," jelas Reni di Jakarta, Sabtu (27/8/2022).

Pemerintah tidak menjelaskan berapa target yang dipatok dari upaya peningkatan ekspor tersebut. Namun, ekspor gula palma RI tercatat cukup impresif dalam beberapa tahun terakhir.

"Volume ekspor mencapai 36,5 ribu ton dengan nilai US$49,3 juta pada 2019. Meningkat menjadi 39.400 ton dengan nilai US$63,5 juta pada 2020," ujar Reni di Jakarta (27/8/2022).

Beberapa hal yang menjadi tantangan ekspor gula palma meliputi bahan baku terkait isu pencampuran gula rafinasi, penggunaan teknologi yang masih sederhana dan kurangnya penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dalam produksi.

Kemudian, kurang baiknya akses pasar seperti branding, pemanfaatan pasar digital, dan pemenuhan persyaratan standardisasi produk yang diminta oleh pasar ekspor.

Sebagai informasi, mayoritas, komoditas tersebut diproduksi oleh oleh industri kecil dan menengah (IKM) di beberapa sentra IKM yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper