Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan harga minyak mentah dunia kembali mengalami penguatan setelah adanya indikasi pembatasan produksi dari sejumlah negara pengekspor minyak atau The Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada pertengahan tahun ini.
Sentimen negatif dari sisi pasokan itu turut memantik spekulasi di pasar minyak mentah dunia yang belakangan menggerek harga komoditas tersebut setelah sempat landai beberapa waktu terakhir.
“Ada indikasi pembatasan produksinya OPEC, spekulasi ini akan buat rush banyak seperti pom bensin sekarang ini padahal belum ada apa-apa,” kata Arifin di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/8/2022).
Di sisi lain, Arifin menambahkan, permintaan untuk minyak mentah dunia belakangan makin tinggi akibat kegiatan perekonomian global yang berangsur pulih. Sementara itu, sebagian negara tengah memasuki musim dingin.
Harga minyak mentah yang kembali mengalami peningkatan itu, kata Arifin, turut membebani alokasi anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar pada paruh kedua tahun ini.
Dengan demikian, dia mengatakan, pemerintah masih mengkaji dengan rinci terkait dengan opsi untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi hingga pembatasan pembelian Pertalite dan Solar pada paruh kedua tahun ini. Harapannya, alokasi anggaran subsidi energi tidak kembali mengalami kenaikkan dari pagu yang ditetapkan pada APBN tahun ini.
Baca Juga
“Pemerintah menargetkan yang Rp502 triliun itu tidak naik, konsennya itu yang memang dicoba,” kata dia.
Seperti diketahui, Harga minyak rebound dari posisi terendah sesi menjadi hampir datar dalam sesi yang bergejolak pada akhir perdagangan Senin (22/8/2022). Pasar menimbang peringatan Arab Saudi bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi terhadap kemungkinan kesepakatan nuklir yang dapat mengembalikan sanksi minyak Iran ke pasar.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober menetap di US$96,48 per barel, turun tipis 24 sen atau 0,25 persen. Brent telah jatuh sebanyak 4,5 persen pada hari sebelumnya, mematahkan kenaikan tiga hari berturut-turut.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September, yang berakhir pada Senin (22/8/2022), merosot 54 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada level US$90,23 per barel. Kontrak Oktober yang lebih aktif turun 4 sen atau 0,03 persen menjadi US$90,41 per barel.